Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Perpanjangan Restrukturisasi Kredit 2023 Belum Perhitungkan Potensi Resesi Global

OJK mengungkapkan, rencana perpanjangan restrukturisasi kredit pada Maret 2023 belum mempertimbangkan potensi resesi global.

17 Oktober 2022 | 19.00 WIB

Karyawan bank mengitung uang 100 dolar amerika di Bank Mandiri Pusat, Jakarta, Selasa, 17 Maret 2020. Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa, semakin tertekan dampak wabah COVID-19. Rupiah ditutup melemah 240 poin atau 1,61 persen menjadi Rp15.173 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.933 per dolar AS. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Karyawan bank mengitung uang 100 dolar amerika di Bank Mandiri Pusat, Jakarta, Selasa, 17 Maret 2020. Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa, semakin tertekan dampak wabah COVID-19. Rupiah ditutup melemah 240 poin atau 1,61 persen menjadi Rp15.173 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.933 per dolar AS. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pengaturan Bank Umum Departemen Penelitan dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indah Iramadhini mengungkapkan, rencana perpanjangan restrukturisasi kredit pada Maret 2023 belum mempertimbangkan potensi resesi global.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kata dia, perpanjangan relaksasi restrukturisasi kredit itu masih sebatas mempertimbangkan dampak pasca Pandemi Covid-19. Makanya, saat diperpanjang pun tidak semua sektor usaha, jenis debitut, hingga wilayah akan menikmati kelonggaran restrukturisasi kredit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ini masih restrukturisasi after covid aja. Kalau potensi ekonomi yang katanya akan mengalami stagflasi saya masih belum tahu," ujar dia saat ditemui di Wisma Mulya 2, Jakarta, Senin, 17 Oktober 2022.

Khusus untuk ketentuan yang akan diterbitkan OJK dalam menghadapi risiko-risiko yang muncul dari tekanan ekonomi akibat potensi resesi 2023 itu, Indah juga belum mengetahui detilnya. Sebab, stress test atau uji daya tahan di sektor industri jasa keuangan itu masih terus dilakukan.

"Enggak tahu bentuknya seperti apa lagi tuh, harus lihat dulu. Stress tes untuk manajemen krisis itu teman2 lain yang melaksanakan, saya kan menggunakan hasilnya untuk membuat ketentuan kebijakan," ujar dia. 

Indah menuturkan perpanjangan restrukturisasi kredit atau relaksasi itu akan ditetapkan berdasarkan target tertentu, mulai dari wilayah tertentu, segmen industri tertentu apakah UMKM atau korporasi, hingga sektor ekonomi tertentu, apakah hanya pariwisata, kuliner, atau akomodasi. 

"Jadi wilayah, segmen, debitur dan sektor ekomomi, tiga itu. Dipilih nanti, mungkin enggak banyak ya, kurang tahu sih berapa berapanya," kata Indah.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan Indonesia tidak akan terkena resesi pada 2023. Meskipun, berbagai lembaga keuangan internasional memperkirakan dunia akan mengalami resesi tahun depan. 

"Jadi kalau Bapak atau Ibu yang hadir hari ini lesu, berarti salah mengambil posisi karena Indonesia tidak (akan terkena) resesi (pada 2023)," kata Erick di Jakarta Convention Center, Selasa, 11 Oktober 2022. 

Erick optimistis, dari berbagai data indikator ekonomi yang ada, ekonomi Indonesia akan terus tumbuh di kisaran 5 persen sampai 2045. Indonesia juga akan memposisikan diri menjadi negara ekonomi terbesar di dunia. 

"Kalau tidak ranking 5, tapi harusnya ranking 4, apalagi middle class kita akan terus tumbuh," kata Erick.

Baca: Bankir Berharap OJK Terus Perpanjang Restrukturisasi Kredit, Bukan dari Tenor tetapi . . .

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus