Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) batal membeli minyak mentah dari Rusia lantaran stok bahan bakar minyak (BBM) mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri. Informasi itu disampaikan oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Untuk minyak mentah dari Rusia sudah dijelaskan oleh Dirut kemarin," ujar Penjabat Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting saat dihubungi melalui pesan pendek, Sabtu, 7 Mei 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Irto menyatakan stok BBM saat ini aman kendati terjadi peningkatan konsumsi selama libur Lebaran 1443 Hijriah. Berdasarkan data perusahaan, stok Pertalite cukup untuk 16 hari ke depan.
Sementara itu stok solar mencukupi untuk cadangan sampai 23 hari ke depan. Adapun stok LPG diklaim aman untuk 15 hari.
Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Mulyono menyatakan perseroan telah menerapkan kebijakan agar ketersediaan BBM di tangki tanam SPBU minimal terjaga 80 persen. Selama arus mudik dan balik, Pertamina mengaktifkan lebih dari 7.000 SPBU dan 48 ribu agen bersiaga hingga 24 jam.
Ihwal gagalnya rencana pembelian minyak mentah ke Rusia, Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyatakan pihaknya belum mendapatkan penjelasan detail dari Dewan Direksi. "Belum ketemu," katanya.
Namun sebelumnya, Dewan Komisaris Pertamina telah memberikan masukan. Komisaris meminta direksi mempertimbangkan pembelian berdasarkan perhitungan perdagangan.
Rencana pembelian bahan bakar mentah dari Rusia disampaikan Nicke dalam rapat bersama DPR pada Maret lalu. Ia mengatakan perseroan sedang menyiapkan proses pembelian secara business to business atau B to B.
“Kami sedang koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri,” ujar Nicke dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR, 28 Maret 2022.
Nicke mengatakan selain dengan Kementerian Luar Negeri, perusahaan minyak negara berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Ia memastikan proses pembelian tersebut tidak akan menimbulkan persoalan politis sepanjang perusahaan yang bekerja sama dengan Pertamina tidak terkena sanksi.
“Untuk pembayaran mungkin nanti melalui India,” ucap Nicke.
Pertamina, kata Nicke, melihat adanya peluang di tengah konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Dalam situasi perang, Rusia berpotensi menjual minyak mentah dengan harga lebih murah. Musababnya, negara tersebut mendapat banyak sanksi perdagangan dari negara barat.
“Kita melihat ada opportunity untuk membeli dari Rusia dengan harga yang lebih baik,” tutur Nicke.
Minyak mentah dari Rusia tersebut sedianya akan diolah di Kilang Balongan. Namun saat itu, ia memastikan pembelian masih menunggu pembenahan atau revamping kilang selesai.