Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bandung - Kalangan pengusaha yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Jawa Barat angkat bicara tentang kebijakan pembatasan kapasitas kunjungan dan diwajibkannya rapid test atau tes PCR bagi tamu saat liburan Natal dan Tahun Baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketua PHRI Jawa Barat Herman Muchtar memperkirakan pembatasan tersebut bakal memukul industri perhotelan dan restoran. "Pengaruhnya cukup besar apalagi pembatasan ini sampai 30 persen," katanya kepada Tempo, Rabu, 23 Desember 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Herman mengatakan saat ini average room rate (ARR) yang hanya sebesar 40 persen dari harga yang dipublikasikan membuat pengusaha hotel kian merugi. ARR merupakan indikator yang digunakan untuk rata-rata harga kamar yang terjual dalam periode tertentu dihitung berdasarkan jumlah kamar yang dihuni pengunjung.
"Apalagi dengan ARR-nya yang hanya 40 persen dari harga publish, jadi hotel yang selama ini sudah terpukul, sekarang lebih terpukul lagi," ujar Herman.
Selain itu, menurut dia, dengan adanya kewajiban membawa hasil rapid test ataupun tes swab PCR, para tamu yang sebelumnya sudah memesan hotel lewat online akhirnya membatalkan rencana menginap. "Ada lagi hotel yang sudah di-booking jadinya dibatalkan karena ternyata pernyataan Wali Kota buat masuk ke Bandung harus ada rapid tes antigen," katanya.
Herman menyebutkan, adanya zona merah juga membuat tak sedikit para pelancong berpikir dua kali untuk datang. "Sektor pariwisata kita terpukul. Bisa cashback seperti Bali sampai Rp 317 miliar itu juga terjadi di Jawa Barat," ucap dia.
PHRI Jawa Barat mencatat pelaku usaha di sektor pariwisata yang terkena dampak pandemi Covid-19 mencapai 69.000 orang. Adapun di sektor industri hotel dan restoran di wilayah Jawa Barat sudah ada 15.000 orang yang kehilangan pekerjaan.
Sekarang, kata Herman, karyawan yang masih tetap bekerja sistemnya sehari libur sehari masuk, sisanya banyak yang sudah dirumahkan, dan ada yang di-PHK. "Sangat besar kemungkinan gulung tikar. Saya kira April itu puncaknya," ucapnya.