Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Madiun - PT Industri Kereta Api atau INKA (Persero) menerima pesanan pembuatan 31 rangkaian light rail transit atau LRT Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) dari PT Kereta Api Indonesia atau KAI (Persero). Nilai kontraknya Rp 3,9 triliun, yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Struktur pendanaannya dari APBN hanya 30 persen dan lainnya dari sindikasi bank,” kata Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan setelah menyaksikan penandatanganan kontrak pengadaan LRT Jabodebek antara PT KAI dan PT INKA di aula PT INKA di Kota Madiun, Jawa Timur, Kamis, 18 Januari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain dengan perbankan, ia menyatakan PT INKA dituntut bekerja sama dengan sejumlah elemen yang berkompeten. Pihak yang digandeng di antaranya PT Krakatau Steel (Persero), PT Barata Indonesia (Persero), dan PT Pindad (Persero) selaku penyedia material dan komponen kereta api.
Adapun untuk konsultasi dan riset, PT INKA bekerja sama dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Pihak lain yang ikut digandeng adalah Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Sebelas Maret, Universitas Gajah Mada, dan Institut Teknologi Bandung. “Termasuk UMKM (usaha makro, kecil, dan menengah). Ada yang membuat pintu, badan, dan sebagainya,” ujar Luhut.
LRT Jabodebek ditargetkan sudah jadi tahun depan. Pengetesan diharapkan dapat berlangsung pada April dan Oktober 2019 sudah dioperasikan. Proyek itu, kata Luhut, merupakan langkah strategis pemerintah untuk meratakan pembangunan ekonomi karena melibatkan ribuan orang dari sejumlah elemen terkait.
Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro menyanggupi tiga dari 31 rangkaian LRT Jabodebek rampung tahun depan. Masing-masing rangkaian terdiri atas enam kereta. Adapun kelebihannya antara lain lebih cepat dibanding kereta jenis lain. “Prinsipnya, kereta ini jalan sendiri, tidak ada masinisnya, tapi mesti ada petugasnya untuk menjaga alatnya,” ucap Budi.
Disinggung tentang rencana pengadaan komponen dan bahan, ia menyatakan 60 persen di antaranya merupakan produksi dalam negeri. Peranti itu antara lain air conditioning, besi, baja, dan aluminium. Namun, untuk proporsi bogie masih didatangkan dari luar negeri.