Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Realisasi PNBP hingga Oktober Capai 117,1 Persen dari Target APBN 2021

Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak atau PNBP mencapai Rp 349,2 triliun sampai dengan akhir Oktober 2021.

26 November 2021 | 06.55 WIB

Produksi batu bara Indonesia masih sesuai rencana kerja pemegang izin pertambangan minerba. Data Ditjen Minerba pada 2018 mencatat, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Minerba Rp 50 triliun, melampaui target Rp 32,1 triliun.
Perbesar
Produksi batu bara Indonesia masih sesuai rencana kerja pemegang izin pertambangan minerba. Data Ditjen Minerba pada 2018 mencatat, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Minerba Rp 50 triliun, melampaui target Rp 32,1 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak atau PNBP mencapai Rp 349,2 triliun sampai dengan akhir Oktober 2021. Nilai itu setara dengan 117,1 persen dari target dalam APBN 2021.

"Capaian realisasi PNBP tumbuh 25,2 persen tersebut utamanya didorong oleh kenaikan penerimaan Sumber Daya Alam (SDA) sebesar Rp 111,18 triliun, PNBP Lainnya dan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)," kata Sri Mulyani dalam konferensi virtual Kamis, 25 November 2021.

Adapun penerimaan pajak Rp 953,6 triliun hingga Oktober 2021. Nilai itu setara dengan 77,6 persen dari target dalam APBN yang sebesar Rp 1.229,59 triliun.

"Ini terjadi pertumbuhan 15,3 persen, tahun lalu kita mengalami kontraksi,” kata dia.

Menurutnya, pertumbuhan realisasi penerimaan pajak tersebut, memperlihatkan bahwa aktivitas ekonomi sudah mulai membaik."Merefleksikan pemulihan ekonomi, dunia usaha sekarang mampu membayar pajak kembali," ujarnya.

Sri Mulyani memaparkan pada penerimaan pajak dari PPh Migas tumbuh 55,7 persen. Pertumbuhan itu didorong oleh kenaikan harga komoditas minyak bumi dan gas. Sementara itu PPh Non Migas tumbuh 8,9 persen.

Penerimaan pada PPN tumbuhnya 20,4 persen. Pertumbuhan itu didorong PPN dalam Negeri dan PPN Impor, di mana kegiatan impor meningkat signifikan.

Sedangkan penerimaan dari PBB tumbuh 1,2 persen, ditopang oleh kenaikan PBB perkebunan. Serta pajak lainnya tumbuh 91,5 persen, didukung dampak penyesuaian tarif bea meterai.

"Ini menggambarkan bahwa seluruh sektor sudah mulai menggeliat dan bangkit, ada beberapa yang memang masih agak left behind, namun menunjukkan tanda perbaikan," kata Sri Mulyani.

Dia mengatakan penerimaan bea dan cukai sejak tahun lalu masih resilient dan sampai tahun ini masih tetap bertahan. Sampai dengan 31 Oktober 2021, penerimaan kita mencapai Rp 205,78 triliun atau 95,73 persen dari target APBN, tumbuh sangat kuat 25,47 persen. 

Menurutnya, seluruh komponen penerimaan kepabeanan dan cukai tumbuh positif. Kinerja komponen penerimaan yang berasal dari CukaiBea Masuk (BM), dan Bea Keluar (BK) berturut-turut tumbuh 10,3 persen (yoy), 16,83 persen (yoy), dan 868,61 persen (yoy).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus