Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sebuah jalan buat moskvitch

Setelah tertahan di pabean, mobil moskvitch buatan soviet ini dibagi-bagikan presiden kepada golkar, parpol dan pramuka. importir mobil itu, diantara corporation pt, terkena larangan impor mobil jadi.

5 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA pesta mendapat mobil baru terasa di halaman Bina Graha Sabtu pekan lalu ketika Presiden Soeharto membagi-bagikan 170 buah mobil Moskvitch 1500. Golkar dan dua parpol yang ada masing-masing kebagian 3 2 buah. Sedangkan sisanya dibagi rata di antara 24 organisasi profesi dan ormas. Buat kepala negara sendiri acara di akhir pekan itu tampak cukup melonggarkan perasaan. Dia sempat memeriksa keadaan mobil. Senda gurau tak kurang pula muncul dalam upacara tersebut. "Buruh kok naik mobil pak," 'Sekjen PDI Sabam Sirait nyeletuk begitu Ketua Umum FBSI Agus Sudono tampil menandatangani naskah serah terima. "Supaya tidak mogok," ucap Presiden spontan, yang disambut tawa hadirin. Ketika Ketua Umum HSNI Sugiharto tampil untuk menerima bagian, Presiden Soeharto memancing tawa hadirin lagi. "Nelayan sebetulnya tidak perlu. Karena mereka di laut bukan di darat," kata Presiden berkelakar. Ini merupakan gelombang kedua Presiden membagi-bagikan mobil sedan buatan Uni Soviet. Untuk pertamakali dia menyerahkan 30 buah mobil Moskvitch kepada Gerakan Pramuka 11 November yang lalu. Munculnya mobil-mobil itu di Bina Graha rupanya melalui proses yang cukup panjang. Seorang di Sekretariat Negara menyebutkan mobil Rusia dengan lisensi Fiat itu merupakan hasil sitaan. Kabarnya sudah sejak 8 tahun mobil-mobil itu nongkrong di daerah pabean tanpa ada pihak yang mau mengurus pengeluarannya. Sementara sebuah sumber di Departemen Keuangan menyebutkan importir mobil tersebut kena larangan impor mobil jadi. Perusahaan tersebut diperintahkan untuk mengekspor kembali. "Tetapi setelah importirnya tidak melaksanakan perintah re-ekspor maka semua mobil itu diserahkan kepada Sekneg," kata seorang pejabat Pabean di Direktorat Jenderal Bea Cukai. Tetapi siapa importir mobil itu? Orang-orang mungkin masih ingat Diantiara Corporation PT yang berkantor di Jalan Prapatan, Jakarta, sebagai agen tunggal Moskvitch. Tetapi sudah hampir setahun papan nama perusahaan itu menghilang dari alamat tersebut. Perusahaan itu boleh dikatakan sudah tak bergerak lagi dan pindah ke rumah Presdirnya, Amzar Loebis di Kebayoran Baru. Berbadan tegap tinggi, abang wartawan terkenal Mochtar Lubis ini tidak merasa menterbengkalaikan mobil yang dia impor sendiri. Membuka setumpuk dokumen yang terdiri dari surat-surat yang ditujukannya kepada Menteri Perindustrian dan Menteri Keuangan, dia berkata: "Mana mungkin saya mengeluarkan mobil itu tanpa adanya surat perpanjangan pengakuan sebagai Agen Tunggal dan CKD Album Moskvitch 1500 dari Departemen Perindustrian," katanya. Panas dan Hujan Surat Pengakuan sebagai Agen Tunggal Moskvitch yang berada di tangan Diantiara rupanya tak berlaku lagi setelah akhir 1979. "Sedangkan untuk mengeluarkan barang-barang itu dari daerah pabean harus ada surat pengakuan tersebut," cerita Loebis. Bulan Januari 1980 dia sudah mengirimkan permohonan perpanjangan surat pengakuan. Tidak berjawab dia susuli lagi Menteri Perindustrian dengan beberapa surat permohonan serupa. Untuk mengeluarkan 640 buah unit mobil sedan Moskvitch yang berada di gudang Tanjung Priok dan Cakung dia juga pernah mengirim surat kepada Menteri Keuangan untuk diperbolehkan mengeluarkan barang miliknya itu sambil menunggu keluarnya surat perpanjangan pengakuan sebagai agen tunggal. Usahanya untuk mengeluarkan mobil buatan Uni Soviet itu menjadi berlarutlarut setelah Menteri Perindustrian memutuskan penciutan jumlah merk mobil pada April 1980, persis pada saat-saat Diantiara mengurus perpanjangan surat pengakuan agen tunggal dari mobil yang kemudian ternyata kena penciutan. Artinya setelah stok yang ada habis, tak boleh mobil itu diimpor lagi. Loebis merasa sangat dirugikan, tentu saja. Apalagi menurut Loebis pasaran mobil tadi lumayan. Sejak 1975 ada sekitar 500 mobil yang laku terjual. Sebanyak 300 dibeli perseorangan dan perusahaan taksi. Selebihnya oleh kantor-kantor pemerintah. Mungkin karena itu--biarpun ada penciutan--mobil buatan Uni Soviet itu tetap memberi warna sendiri dalam bisnis mobil. Di Bursa Mobil Jakarta yang terletak di Arena Promosi dan Hiburan Jakarta, mobil itu tiba-tiba muncul sejak Oktober yang baru lalu Dalam sebulan terjual 10 buah. Sekalipun tampangnya kurang meyakinkan, harganya memang cukup menggoda. "Mana ada mobil sedan baru seharga Rp 5 juta," kata Nader Thaher, Pres-Dir Bursa Mobil. Ada pula yang berharga Rp 3,5 juta. Itu tergantung dari kondisi mobil yang sudah lama dibiarkan di udara terbuka pabean. Kena panas dan hujan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus