Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Dukungan Bisnis Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) M Atok Urrahman mengungkapkan, pihaknya menemukan 63 kasus pencurian minyak dari jaringan pipa PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang mengelola Blok Rokan, Riau. Kejadian tersebut terjadi sejak tahun 2012 hingga September 2019.
"Itu sampai sekarang terjadi 63 kejadian. Mulai 2012 ya," kata dia di kantor SKK Migas, Jakarta Selatan, Kamis, 24 Oktober 2019.
Atok mengungkapkan, kejadian pencurian minyak terbanyak terjadi pada tahun 2018, ada sekitar 53 illegal drilling. Ia menambahkan, bahwa orang yang melakukan pencurian minyak pada pipa penyalur adalah bukan orang biasa, karena mereka sudah memahami jalur distribusi migas, sehingga tau mana yang harus dilubangi.
"Pencurian aset meningkat, khususnya di Chevron. Beberapa tahun aman, tapi sekarang semakin canggih. Orang-orang itu membuat terowongan yang terakhir ini sampai 100 meter," kata Atok.
Atok menjelaskan, akibat illegal driling yang dilakukan oleh oknum ini, tingkat produksi migas dari Chevron menurun. "Sangat jelas." Namun, ia belum bisa menyebutkan angka penurunan tersebur.
Atok menuturkan, seluruh pipa yang terdeteksi menjadi target pencurian itu disebut sudah ditutup sementara. Namun, ia belum tahu pasti siapa saja oknum yang melakukan pencurian minyak pada pipa Chevron. "Itu sekarang masih didalami, sementara ditutup dulu. Saya belum terima laporan lagi," tambahnya.
Pihak Chevron sudah minta pengamanan tambahan kepada TNI untuk menangani kasus ini, khususnya melakukan penjagaan terhadap aset milik perusahaan. Selain itu, korporasi telah melakukan mediasi dengan masyarakat untuk meminimalkan pencurian minyak. "Tidak semata-mata butuh pengamanan. Tapi juga ngobrol dengan masyarakat," ucap Atok.
Akhir Juli tahun lalu, pemerintah menetapkan PT Pertamina (Persero) sebagai pengelola blok migas terbesar di Indonesia, Blok Rokan, Riau mulai 9 Agustus 2021 hingga 2041 mendatang. Blok Rokan sebelumnya dioperasikan perusahaan Amerika Serikat, Chevron Pacific Indonesia (CPI).
Menurut Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, tim transisi perlu dibentuk agar tidak terjadi kemerosotan produksi yang terlalu jauh. "Karena (Blok) Mahakam udah terjadi kemarin transisi kurang begitu bagus turun produksinya begitu tajam," ujarnya, Jumat, 12 Juli 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini