Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia berencana untuk melakukan impor sapi dan impor kedelai dari Arika Selatan, rencana ini diketahui dari unggahan di akun Instagram Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam unggahan tersebut, Luhut tampak berbincang bersama Presiden Cyril Ramaphosa, presiden Afrika Selatan.Diketahui ia sedang melakukan kunjungan kerja ke sejumlah negara Afrika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertemuan itu sekaligus sebagai persiapan KTT BRICS pada pekan ketiga Agustus. Luhut mengungkapkan bahwa nantinya pemerintah berencana mengimpor 50 ribu ekor sapi dan 300 ribu ton kedelai. Luhut berharap ada kesepakatan terkait impor sapi dan kedelai yang akan ditandatangani pada saat kunjungan ini.
"Sebagai langkah awal, kami sedang mengeksplorasi potensi kerjasama impor 50 ribu ekor sapi dan 300 ribu ton kedelai dari Afrika Selatan," kata Luhut dalam keterangan foto di akun Instagram resmi @luhut.pandjaitan, Rabu lalu.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2022 lalu Indonesia melakukan impor daging sejenis lembu seperti sapi, kerbau, dan sejenisnya dengan berat bersih 225,6 ribu ton.
Luhut menegaskan bahwa impor daging sapi pada tahun 2023 ini mutlak dilakukan mengingat harga daging sapi yang semakin meningkat serta outlook dari Kementerian Pertanian mencatat bahwa Indonesia masih membutuhkan 40% komoditas tersebut.
Sementara, impor kedelai yaitu 300 ribu ton kedelai yang dilakukan demi memenuhi kebutuhan dalam negeri sebanyak 3 juta ton.
Pada tahun 2022 lalu, impor kedelai sebanyak 2,32 juta ton yang bernilai US$ 1,62 miliar. Jumlah tersebut turun 6,63% dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu 2,49 juta ton dengan nilai US$1,48 miliar.
Luhut juga juga menjelaskan bahwa rencana impor sapi dan kedelai ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Inilah upaya kami untuk menyiasati tingginya kebutuhan akan kedua komoditas itu," katanya.
KATA DATA | BPS | CNBC INDONESIA