Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani merevisi asumsi nilai tukar pada 2021 seiring dengan penguatan rupiah di pasar spot. Estimasi itu ia sampaikan dalam rapat bersama Komisi XI DPR, Senin, 22 Juni 2020.
Berdasarkan paparannya, Sri Mulyani mengatakan proyeksi nilai tukar rupiah menguat menjadi Rp 14.900-15.300. Sebelumnya, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 14.900-15.500 per dolar Amerika Serikat.
"Nilai tukar sedikit menguat dari dokumen KEM-PPKF (kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal) yang waktu itu disusun pada April ketika situasi volatilitas nilai tukar tinggi," ujar Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Senayan.
Meski demikian, Sri Mulyani mengatakan Bank Indonesia bisa mengantongi proyeksi yang lebih kuat seiring dengan pemulihan ekonomi. Di samping merevisi estimasi nilai tukar, dia mengubah asumsi tingkat suku bunga surat berharga negara (SBN) 10 tahun.
"Kami usulkan perubahan SBN 10 tahun dari 6,67-9,58 persen menjadi 6,29 ke 8,29 persen," ujar Sri Mulyani.
Sedangkan proyeksi tingkat suku bunga SBN 5 tahun menjadi 5,88-7,88 persen.
Revisi ini pun dilakukan seiring dengan perkembangan SBN yang menunjukkan perbaikan signfikan dengan instrumen market yang lebih positif.
Sri Mulyani pun mengusulkan acuan penyusunan asumsi makro diubah dari sebelumnya menggunakan surat perbendaharaan negara atau SPN 3 bulan menjadi SBN 10 tahun. Sebab, kata dia, SBN dengan tenor 10 tahun memilik andil yang lebih besar dalam membentuk postur APBN.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini