Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) pada hari Rabu, 14 Desember 2022 kembali menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga ke level tertinggi dalam 15 tahun terakhir ini menunjukkan bahwa perlawanan bank sentral meredam laju inflasi masih jauh dari kata rampung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) resmi memilih menaikkan suku bunga pinjaman overnight sebesar setengah poin persentase. Kebijakan tersebut melanjutkan siklus kenaikan suku bunga paling agresif dalam 40 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski begitu, kenaikan setengah poin persentase atau 50 basis poin tersebut lebih rendah dari empat kenaikan suku bunga terakhir, yaitu kenaikan 75 basis poin. Pasar pun bertanya-tanya apakah di masa mendatang The Fed akan melanjutkan menaikkan suku bunga dengan nilai yang lebih kecil.
Dengan begitu, tercatat Federal Open Market Committee (FMOC) mengerek suku bunga acuannya ke kisaran yang ditargetkan 4,25 persen dan 4,5 persen. Langka ini pun menghentikan empat kenaikan tiga perempat poin berturut-turut atau kebijakan paling agresif sejak awal 1980-an.
Indeks Dow Jones Industrial Average langsung ambrol hampir 500 poin tepat setelah pengumuman pada sore hari, tetapi kemudian sedikit memantul atau rebound.
Inflasi terburuk sejak 1980-an
Saat ini ekonomi AS dirundung oleh inflasi terburuk sejak awal 1980-an. Hal ini pula yang telah mendorong langkah agresif bank sentral untuk mengendalikan inflasi tertinggi dalam empat dekade tersebut.
Tapi tingginya suku bunga tinggi ini meningkatkan risiko yang menyebabkan resesi. Tak sedikit ekonom memprediksi penurunan suku bunga hanya sedikitterjadi di paruh kedua tahun depan.
Apalagi tingkat kenaikan harga atau inflasi masih tinggi dan ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumen (IHK) pada hari Selasa lalu, 13 Desember 2022. Hal ini terlihat dari harga pangan terus meningkat yang membebani pengeluaran keluarga yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Per November lalu, harga makanan melonjak ke rekor tertinggi, atau naik 0,5 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Harga makanan itu meroket hingga 10,6 persen ketimbang periode serupa tahun lalu. Namun biaya bensin agak turun dari harga tertinggi sebelumnya meskipun tetap jauh lebih tinggi daripada sebelum krisis inflasi.
ANTARA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.