Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Titik Sumur Bor Pertamina EP Terus Turun, Tahun Ini Tersisa 50

PT Pertamina EP (Eksplorasi dan Produksi) terus menggenjot produksi minyak dari ratusan lapangan produksi tua di seluruh Indonesia.

7 November 2018 | 12.37 WIB

PT Pertamina EP tengah menjalankan pengeboran sumur eksplorasi berkode Wolai - 001 (WOL - 001) di Desa Uwelolu, Kecamatan Toili Barat, Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah, 17 Agustus 2018. (Dok. Pertamina EP)
Perbesar
PT Pertamina EP tengah menjalankan pengeboran sumur eksplorasi berkode Wolai - 001 (WOL - 001) di Desa Uwelolu, Kecamatan Toili Barat, Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah, 17 Agustus 2018. (Dok. Pertamina EP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina EP (Eksplorasi dan Produksi) menyebutkan jumlah sumur bor atau lapangan produksi minyak yang mereka kelola terus berkurang sejak tahun enam tahun lalu. Jika pada tahun 2012 masih ada 113 titik sumur bor, maka pada tahun 2018 tersisa 50 titik saja. Walau demikian, tingkat penurunan produksi berhasil ditekan, dari 37 persen pada tahun 2014, menjadi 24 persen pada 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Secara nasional, saat ini produksi minyak dalam negeri tercatat hanya sekitar 800 ribu barel per hari, setengah dari konsumsi dalam negeri yang mencapai sekitar 1,6 juta barel per hari. Kondisi ini justru membuat rupiah semakin tertekan lantaran harga minyak dunia yang terus naik. Pada Oktober 2018, harga minyak tercatat bertengger di angka US$ 77,56 per barel atau naik US$ 2,68 per barel dari bulan sebelumnya.

Di saat yang sama PT Pertamina EP terus menggenjot produksi minyak dari ratusan lapangan produksi tua atau mature fields yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini, 90 persen dari 300 lapangan minyak di Indonesia sudah berumur lebih dari 40 tahun atau mature fields sehingga penurunan volume produksi terus terjadi setiap tahun.

Padahal, konsumsi minyak dalam negeri yang terus meningkat sehingga harus dipenuhi dengan impor minyak mentah. "Tantangan terbesar adalah bagaimana mengatasi decline (penurunan) dari lapangan yang sudah eksisting, kami berharap di tahun 2018 ada turning point (titik balik)," kata Presiden Direktur PT Pertamina EP, Nanang Abdul Manaf dalam diskusi di Jakarta, Rabu, 7 November 2018.

Nanang melanjutkan, salah satu lapangan minyak tua yang saat ini tengah digenjot produksinya adalah lapangan minyak Sukowati di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Jika pada tahun ini, rata-rata produksi mencapai lebih dari 7.000 barel per hari, maka PT Pertamina EP menargetkan produksinya pada 2019 bisa nail menjadi 10.903 barel per hari.

Untuk mencapai target itu, PT Pertamina EP menjalankan empat strategi. Pertama yaitu pengembangan lapangan Sukowati pada POD (Plan of Development) phase 5, optimisasi POD dengan penambahan satu sumur injeksi, perbaikan bonding semen, dan updating dinamik reservoir terkait dengan current water level.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi, mengatakan selama ini pencarian lapangan minyak baru di Indonesia sebenarnya terus dilakukan namun hasilnya belum maksimal. Itu sebabnya, impor minyak mentah terus berjalan. "Jadi saya mikir, kita perlu pelajari lagi lapangan-lapangan tua ini," kata dia.

Simak berita menarik lainnya terkait Pertamina hanya di Tempo.co.

Fajar Pebrianto

Meliput isu-isu hukum, korupsi, dan kriminal. Lulus dari Universitas Bakrie pada 2017. Sambil memimpin majalah kampus "Basmala", bergabung dengan Tempo sebagai wartawan magang pada 2015. Mengikuti Indo-Pacific Business Journalism and Training Forum 2019 di Thailand.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus