Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Transportasi Inklusif Bikin Penyandang Disabilitas Kini Bisa Mudik dengan Nyaman

Kementerian Perhubungan dan BSI memfasilitasi penyandang disabilitas untuk mudik dengan nyaman.

7 April 2024 | 15.52 WIB

Yesi Purnomowati, 48 tahun, peserta Mudik Ramah Anak dan Disabilitas (MRAD) 2024 pada Minggu, 7 April 2024. Sumber: Suci Sekar | TEMPO
Perbesar
Yesi Purnomowati, 48 tahun, peserta Mudik Ramah Anak dan Disabilitas (MRAD) 2024 pada Minggu, 7 April 2024. Sumber: Suci Sekar | TEMPO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Suripto, 54 tahun, berjalan perlahan bersama putrinya dan istrinya, menuju peron 3 Stasiun Pasar Senen, Minggu, 7 April 2024. Dia menyalami staf Kementerian Perhubungan yang mengurusi program Mudik Ramah Anak dan Disabilitas (MRAD). Hari itu, Suripto tak ikut mudik, namun hanya mengantar. Sebab Suripto yang seorang guru olahraga di SLB Sekolah Disabilitas Bekasi, belum libur kerja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Suripto dan istrinya Sri Sumeiningsih, 48 tahun, sama-sama penyandang disabilitas netra, putri tunggal mereka terlahir normal. Ini sudah ketiga kalinya Suripto, istri dan anaknya mengikuti kesempatan Mudik Ramah Anak dan Disabilitas yang diselenggarakan Kementerian Perhubungan RI bekerja sama dengan Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk para penyandang disabilitas dan pendampingnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kalau mudik secara umum, itu susah karena kami harus saingan dengan orang yang normal (secara fisik). Kalau ikut Mudik Ramah Anak dan Disabilitas, kami tak perlu antre – terima jadi,” kata Suripto kepada Tempo, Minggu, 7 April 2024.      

Dia menceritkan, untuk penyandang disabilitas netra, bangku penumpang sama dengan penumpang normal, tidak seperti di bus trans jakarta yang ada bangku khususnya. Enaknya, disediakan petugas khusus yang akan mengantar para penumpang disabilitas, juga ada koordinasi antar petugas sehingga saat turun di tempat tujuan – juga ada petugas yang menjemput.       

Menurut Suripto, program Mudik Ramah Anak dan Disabilitas sangat membantu karena bisa membuatnya hemat biaya, mempermudah mudik karena tak perlu antre dan fasilitasnya bagus seperti yang keluarganya gunakan yakni mudik menggunakan kereta eksekutif. 

Sedangkan peserta Mudik Ramah Anak dan Disabilitas yang menggunakan moda transportasi bus, disediakan kasur sehingga penyandang disabilitas bisa berbaring karena duduk dalam perjalanan jauh bisa membuat badan tak nyaman. 

Selanjutnya: Catur Sigit Nugroho, Ketua Tim Inklusi Disabilitas Kementerian Perhubungan....

Catur Sigit Nugroho, Ketua Tim Inklusi Disabilitas Kementerian Perhubungan, menjelaskan program Mudik Ramah Anak dan Disabilitas sudah berlangsung dari 2016, ketika itu jumlah pesertanya hanya tujuh orang karena masih uji coba dan persiapannya hanya seminggu.

Pada 2017, total ada 28 peserta yang terdiri dari 18 peserta tuna daksa dan 10 pendamping. Pada 2018, tercatat 64 peserta dan 189 peserta pada 2019. Program mudik gratis ini sempat terhenti pada 2020, 2021, dan 2022 karena pandemi Covid-19. Pada 2023, program sosial ini lanjut lagi yang diikuti 162 peserta. 

Pada 2024, peserta Mudik Ramah Anak dan Disabilitas berjumlah 316 orang. Tempat tujuan mudik pun berbeda-beda, mulai dari Aceh, Padang, Pontianak, dan sekitar Pulau Jawa seperti  Semarang, Jogja, Solo, Jember dan Nganjuk.

Adapun moda transportasi yang digunakan pun bervariatif, yakni ada yang mudik dengan kereta, menggunakan pesawat dan bus. Peserta mudik adalah penyandang disabilitas dan keluarganya sebagai pendamping, yang tinggal di wilayah Jabodetabek. 

“Yang berhak ikut adalah yang tercantum dalam satu KK (kartu keluarga) dengan penyandang disabilitas. Misal, suami - istri penyandang disabilitas, maka anaknya diikutkan,” kata Catur. 

Untuk proses mendaftar program ini pun dibuat gampang. Informasi disebar lewat Whats App Group komunitas-komunitas penyandang disabilitas dan mereka yang berminat tinggal mengisi link formulir yang disediakan.   

Selanjutnya: Masih ada tantangan....

Masih ada tantangan

Akan tetapi, pengalaman berbeda disampaikan partisipan lain bernama Yesi Purnomowati, 48 tahun, penyandang tuna daksa karena polio. Dia mengeluh tak ada toilet khusus penyandang tuna daksa di kereta sehingga selama perjalanan mudik dia harus menahan buang air kecil.

Bukan hanya itu, dia harus turun di stasiun Madiun meski tujuannya ke Ngawi. Pasalnya, di Ngawi kereta hanya berhenti dua menit, waktu yang tak cukup untuknya keluar kereta dalam kondisi berkursi roda. Alasan lain, stasiun Madiun undakan turunannya lebih landai sehingga memudahkan para tuna daksa sepertinya.   

Sedangkan Catur mengaku hal yang paling menantang dalam penyelenggaraan program ini adalah harus menerangkan titik keberangkatan dan penjemputan berkali-kali ke peserta mudik, khususnya penyandang disabilitas netra. Pasalnya, mereka tak punya bayangan (gambaran) di mana letak lokasi yang diarahkan panitia program mudik ini.   

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementeriam Perhubungan Mohamad Risal Wasal mengakui menerima sejumlah masukan, khususnya dari para penyandang tuna daksa. Mereka berharap bisa disediakan kursi roda yang lebih ramping supaya bisa masuk ke lorong area penumpang dan berharap ada kursi khusus penumpang tuna daksa supaya bisa satu gerbong dengan anggota keluarga mereka (bukan duduk di kuris terpisah khusus penumpang dengan kursi roda). 
   
Sementara itu, Direkur Penjualan dan Distribusi BSI Anton Sukarna menjelaskan BSI dan Kementerian Perhubungan sudah bekerja sama menjalankan program Mudik Ramah Anak dan Disabilitas sejak 2016. Sistem kerja samanya adalah BSI dan BSI Maslahat mengucurkan dana untuk program ini dan Kementerian Perhubungan RI menyediakan moda transportasi yang ramah bagi penyandang disabilitas dengan harga diskon. Pada 2024, anggaran yang dikeluarkan untuk mendanai proram Mudik Ramah Anak dan Disabilitas ini sekitar Rp200 juta.    

Menurut Anton, BSI tertarik untuk mendukung program ini karena ini bukan perjalanan biasa. Melainkan ada nilai spiritual, dan upaya untuk menjalin tali silaturahmi. Yang utama, para penyandang disabilitas ini benar-benar membutuhkan bantuan.    

“Mudik ini momen penting, para penyandang disabilitas ini ada yang 6 tahun atau 8 tahun tak bisa pulang. Jadi ini betul-betul kebutuhan yang dia cari. Kami terpanggil untuk memberikan solusi kepada mereka. Ini untuk orang-orang yang membutuhkan,” pungkas Anton. 



close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus