Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Grup Sriwijaya Air mulai menjaring investor baru untuk menyokong kegiatan operasional setelah menghentikan kerja sama manajemen (KSM) dengan Garuda Indonesia. Kuasa hukum Sriwijaya Air, Yusril Ihza Mahendra, mengatakan perusahaan berupaya menormalkan frekuensi layanan yang sempat tergerus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Kami buka peluang investasi baru agar perusahaan berkembang lebih besar," ucapnya kepada Tempo,Kamis 14 November 2019.
Meski menolak merincikan, Yusril menuturkan kliennya sudah didekati sejumlah investor, termasuk pemodal asing. "Belum akan dipublikasi, tapi sudah tahap perundingan."
Hubungan kedua grup maskapai yang terjalin sejak November 2018 itu sudah retak sejak pertengahan tahun ini. Keputusan pecah kongsi pada akhir September lalu membuat Garuda menarik layanan perawatan dan perbaikan teknis (maintenance, repair, overhaul/MRO), termasuk mesin pesawat yang disewakan, dari armada Sriwijaya.
Kolaborasi sempat dipulihkan akhir September lalu melalui perjanjian masa transisi selama sebulan. Belakangan, Sriwijaya memutuskan tak melanjutkan KSM karena dianggap merugikan. Tiga anak usaha Garuda; PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF), PT Gapura Angkasa, serta PT Aerowisata, pun seketika menghentikan layanan.
Sambil menjajaki sumber pendanaan baru, Head of Corporate Communication Sriwijaya Air, Adi Willi Hanhari, mengatakan manajemennya mengusahakan perawatan mandiri. Bantuan teknis disuplai sementara oleh beberapa entitas, yaitu FL Technic, PT Mulya Sejahtera Technology, serta PT Merpati Maintenance Facility (MMF). "Sebenarnya Sriwijaya Air punya kemampuan internal untuk maintenance, terutama tenaga teknisi," katanya.
Senior Manager Corporate Governance Sriwijaya Air, Pritanto Ade Saputro, mengatakan pemulihan membutuhkan waktu. Frekuensi penerbangan Grup Sriwijaya yang optimalnya bisa menyentuh 160 flight per hari kini merosot hingga 53 flight per hari.
"Pertengahan Oktober 2020 kami sempat bisa menerbangkan 19 aircraft, sekarang hanya 10," tuturnya kepada Tempo.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memastikan akan mengawasi kemampuan operasional Sriwijaya Air. Selain memeriksa armada Sriwijaya di bandara, kementerian pun bakal mengecek laporan keuangan yang didirikan taipan asal Bangka Belitung, Chandra Lie, tersebut.
"Dengan lepas kerja sama, Garuda juga bisa fokus dengan kerjanya sendiri. Silahkan ada kompetisi," ujar Budi saat mengomentari dampak pecah kongsi tersebut terhadap pasar penerbangan domestik.
Ketua Komisi Transportasi Dewan Perwakilan Rakyat, Lasarus, mengatakan lembaganya akan memanggil sejumlah bos maskapai pada pekan depan, untuk membahas beberapa isu penerbangan, termasuk kisruh Garuda dan Sriwijaya. Pasalnya masalah ini sempat menyebabkan banyak pembatalan penerbangan yang merugikan konsumen.
Adapun anggota Ombudsman Republik Indonesia, Alvin Lie, menilai Sriwijaya harus memberi kepastian kepada penumpang pasca pecah kongsi. "Situasi yang terombang ambing ini tak baik untuk penumpang dan vendor. Tapi, setidaknya sudah jelas bagi publik bahwa mereka menghentikan kerja sama."
FRANSISCA CHRISTY ROSANA | VINDRY FLORENTIN | YOHANES PASKALIS PAE DALE