Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Window dressing mulai terjadi sejak November lalu.
The Fed mempertahankan suku bunga acuan dan membuka kemungkinan penurunan suku bunga di 2024.
Beberapa sektor yang berpotensi terus menguat adalah perbankan dan infrastruktur.
JAKARTA — Keputusan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menahan suku bunga acuan memberi energi bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia untuk melanjutkan penguatan yang sudah berlangsung sejak November lalu. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mengatakan penguatan saham pada pengujung 2023 didukung pula oleh fenomena window dressing.
"Peluang terjadinya window dressing kini terbuka lebar. Pekan lalu IHSG ditutup naik dan berpotensi terus naik sampai akhir tahun,” kata Maximillanus kepada Tempo, kemarin. Window dressing merupakan kebiasaan manajer investasi mempercantik portofolio kelolaannya dengan menaikkan harga saham pada akhir tahun.
Dalam perdagangan pada Jumat lalu, IHSG ditutup menguat 14,97 poin atau 0,21 persen ke posisi 7.190,99. Begitu pula dengan indeks 45 emiten paling likuid atau indeks LQ45, yang naik 2,33 poin atau 0,24 persen ke posisi 957,97. Sentimen positif datang setelah The Fed menyatakan mempertahankan suku bunga acuan dan membuka adanya kemungkinan menurunkan suku bunga pada 2024.
“Ini kabar baik bukan hanya bagi pasar kita, tapi juga pasar global karena The Fed adalah salah satu tolok ukur bank sentral dunia,” kata Maximilianus.
Inflasi AS Turun Lebih Cepat
Reaksi pedagang saat layar menampilkan pengumuman suku bunga Fed di lantai New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, Amerika Serikat, 13 Desember 2023. REUTERS/Brendan McDermid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Amerika Serikat pada 13 Desember lalu memutuskan menahan suku bunga acuan pada level 5,25-5,5 persen. Selain itu, The Fed memberi sinyal penurunan suku bunga pada 2024 sebagai akhir dari era pengetatan kebijakan moneter. Gubernur bank sentral AS Jerome Powell menuturkan kenaikan suku bunga tidak lagi menjadi pilihan karena inflasi turun lebih cepat dari yang diperkirakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Maximilianus mengimbuhkan, selain kebijakan The Fed, penguatan IHSG didukung oleh faktor dalam negeri, yakni pemilihan umum. Di samping itu, pasar saham akan dimeriahkan oleh fenomena Santa Claus rally. Fenomena ini merupakan peningkatan harga saham selama pekan terakhir Desember dan dua hari pertama tahun baru.
Menurut Maximillanus, window dressing tidak terjadi pada tahun lalu karena IHSG ditutup melemah. Pada hari terakhir perdagangan 2022, IHSG ditutup turun 9,46 poin atau turun 0,14 persen ke posisi 6.850,62. “Tahun lalu tidak terjadi window dressing,” Maximillanus mengungkapkan.
Sudah Berlangsung Sejak November
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi/Geothermal (PLTP) Geo Dipa, di Dieng, Jawa Tengah. TEMPO/Aris Andrianto
Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan window dressing mulai terjadi sejak November lalu seiring dengan tidak naiknya suku bunga The Fed. Namun ia menyebutkan kenaikan harga umumnya hanya dinikmati oleh emiten yang fundamentalnya baik.
“Pihak yang berkepentingan melakukan window dressing tidak hanya emiten, tapi juga manajer investasi untuk mendapat imbal hasil."
Budi mengatakan kebijakan The Fed menahan suku bunga adalah isu positif yang mendorong geliat pasar saham. “IHSG akan lebih bullish lagi jika suku bunga acuan diturunkan pada 2024,” ujarnya.
Analis dari Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan tahun ini ada beberapa sektor usaha yang potensial. Sektor emiten yang prospektif selama periode window dressing, Nafan mengatakan, adalah infrastruktur, finansial, dan teknologi. Di samping itu, emiten properti dan konsumer akan diuntungkan.
Dari ringkasan indeks saham sektoral Bursa Efek Indonesia pada 15 Desember lalu, sektor usaha yang menguat paling tinggi adalah energi. Indeks IDXENERGY ditutup naik 37,74 atau sekitar 1,59 persen ke level 2.089.851. Diikuti sektor infrastruktur dan sektor baku yang masing-masing naik sebesar 1,47 dan 0,67 persen.
Untuk sektor infrastruktur, Nafan menyarankan investor mencermati emiten-emiten seperti PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau TLKM dan PT Indosat Tbk atau ISAT. Emiten lain yang berpotensi ialah sektor perbankan, seperti Bank BCA (BBCA), Bank BRI (BBRI), Bank Mandiri, dan Bank BNI.
Maximilianus sepakat ada beberapa sektor yang berpotensi terus menguat menjelang window dressing, seperti perbankan dan infrastruktur. “Emiten sektor infrastruktur, seperti Jasa Marga (JSMR) dan TLKM, juga berpeluang naik. Lonjakan trafik komunikasi mempengaruhi kinerja perusahaan."
Maximilianus menyarankan investor memantau emiten bank-bank besar. Di samping fundamental yang kuat, dia berujar, calon investor perlu melihat potensi valuasi di masa mendatang dan kondisi asetnya. “Sejauh ini bank yang bagus-bagus adalah bank buku tinggi karena fundamentalnya memang kuat,” tuturnya. Karena itu, ia menambahkan, peluang kenaikan IHSG masih akan terus terjadi.
ILONA ESTERINA | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo