Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
OPERA Sembelit karya N. Riantiarno kembali, muncul cita rasa reformasi. Naskah ini akan disajikan dengan nuansa yang berbeda dari yang dipentaskan setahun silam. Pada masa itu kekuasaan totaliter rezim Soeharto sangat kuat dan Opera Sembelit versi prareformasi diterjemahkan dengan persoalan warga yang sukar mengemukakan pendapat dan sulit buang air besar. Dalam benak kreatif Nano, pada saat itu terjadi Sembelit Nasional. Tapi, setelah Soeharto sudah lengser, drama ini diterjemahkan kebalikannya: "mencret nasional". Orang boleh berbicara apa saja, tahanan politik kelas kakap dilepas dan lahirlah bermacam tabloit. Pada saat ini rakyat mulai belajar berdemokrasi dan belajar bercuriga. Pemerintah juga belajar bercuriga, tapi tetap menggunakan pola rezim lama. Tak aneh kalau pengamanan terhadap Sidang Istimewa MPR luar biasa ketat. Aparat keamanan membuat barikade pagar beraliran listrik, karena khawatir rakyat menyerbu dan menggagalkan "pesta" para elite politik yang berpretensi sebagai wakil rakyat itu. "Ini kan lebih paranoid dan tidak relevan dengan kata reformasi," ujar Nano. Dengan naskah yang sudah direvisi ini, bagian-bagian yang terlalu cerewet dipadatkan, sehingga terasa lebih pas untuk era yang disebut Nano sebagai "mencret nasional".
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo