Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tindakan diagnosis diri atau self diagnosed, istilah yang digunakan untuk memeriksa penyakit sendiri atau tanpa ahli medis. Ciri diagnosis diri juga mencari gejala dan cara menyembuhkannya melalui Internet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip dari Psychology Today, diagnosis diri ak bisa diandalkan dibandingkan dari seorang ahli medis. Sebab, itu berkaitan tingkat kredibilitas para profesional sehubungan dengan pengalaman pendidikan. Diagnosis diri tak bisa dianggap biasa, karena rentan berisiko buruk terhadap kesehatan. Self diagnosed suatu hal yang salah karena tidak ada bukti ilmiah medis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Tak Tepat Melakukan Diagnosis Diri, Bagaimana Kiat Mencegahnya?
Risiko bahaya diagnosis diri
Selain membahayakan diri sendiri, terdapat beberapa bahaya lain dari self diagnose. Berikut ini adalah bahaya dari melakukan self diagnosed, dikutip dari laman Psychology Today.
1. Risiko keliru
Seseorang yang melakukan self diagnosed cenderung berasumsi melalui opini dan informasi yang didapat dari Internet. Informasi diterima tanpa melakukan konfirmasi kepada tenaga profesional, seperti dokter, psikolog, atau psikiater.
2. Memperburuk kondisi
Ketika seseorang melakukan self diagnosed akan menunda beberapa waktu untuk bertemu ahli medis. Penundaan itu berisiko membuat gejala yang dialami makin buruk.
3. Sulit percaya saran profesional
Ketika seseorang terbiasa melakukan self diagnosed, ia akan menyangkal kebenaran yang disampaikan oleh ahli medis profesional. Sebab, ia merasa ada ketakcocokan antara informasi yang didapat dari Internet dan keterangan ahli medis profesional.
4. Mengabaikan ahli medis
Pada 2013, Pew Research Center’s Internet and American Life Project menunjukkan, sepertiga responden survei yang melakukan self diagnosed dengan bantuan Internet menolak datang ke dokter.
5. Salah penanganan
Ketika seseorang melakukan self diagnosed, berisiko untuk keliru penanganan dan salah obat. Hal ini membahayakan diri sendiri dan memperburuk keadaan.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.