Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Alami Marah Berlebih? Mungkin Gangguan Eksplosif Intermiten

Gangguan eksplosif intermiten adalah gangguan jiwa yang mengakibatkan kemarahan berlebih.

13 Oktober 2017 | 14.20 WIB

Ilustrasi karyawan marah/jengkel. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi karyawan marah/jengkel. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Berita tentang tiga anggota Brimob yang tewas karena ditembak menimbulkan polemik baru. Meskipun kejadian tersebut dianggap karena masalah pribadi, tidak bisa dihindari bahwa ada masalah psikologis dalam peristiwa nahas tersebut.

Orang-orang yang tergabung dalam kepolisian atau angkatan bersenjata seluruh dunia kerap disebut sebagai pribadi yang kuat baik secara fisik dan mental. Namun, dikutip dari laman Aljazeera pada Maret 2014, lebih dari seperempat tentara Amerika Serikat terdeteksi mengidap penyakit jiwa, seperti depresi dan gangguan panik. Akibatnya, 8 persen dari mereka berakhir dengan bunuh diri.

Mereka yang berisiko bunuh diri juga memiliki riwayat kemarahan berlebihan atau kemarahan impulsif, sebuah kondisi mental yang dikenal sebagai "gangguan eksplosif intermiten". Gangguan mental ini juga dialami masyarakat sipil. Baca: Pengaruh Kesehatan Jiwa di Dunia Kerja, Diskusikan dengan Bos

Menurut laman Mayo Clinic, gangguan eksplosif intermiten adalah gangguan kemarahan dengan episode kekerasan impulsif, agresif, perusakan barang, atau ledakan verbal yang berulang-ulang dan secara berlebihan. Itu berdampak negatif pada hubungan, pekerjaan, dan sekolah. Mereka juga dapat memiliki masalah hukum dan finansial.

Gejala ini bisa berlanjut selama bertahun-tahun, meski tingkat keparahan ledakan bisa menurun seiring bertambahnya usia. Stres yang berkembang sebagai akibat dari gangguan mood lain bisa meningkatkan potensi seorang prajurit memikirkan soal bunuh diri. Baca: Tempat Kerja Jauh Picu Gangguan Jiwa, Cek 3 Solusinya

Dikutip dari laman Aljazeera, Ronald Kessler, sosiolog di Universitas Harvard, menuturkan solusinya tidak sesederhana hanya dengan mengeluarkan orang-orang dengan penyakit jiwa tersebut dari satuan militer atau kepolisian. Namun dengan memberikan penanganan yang tepat kepada para prajurit yang menderita gangguan jiwa itu.

Kembali ke laman Mayo Clinic, cara mengobati gangguan eksplosif intermiten adalah melalui psikoterapi dan penggunaan obat-obatan yang mengandung antidepresan.

RENDRAWATI | MT

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus