Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Anak Muda Semarang Mulai Gemar Melinting Tembakau

Fenomena merokok lintingan tembakau, mulai digemari anak muda di Semarang.

17 April 2016 | 13.58 WIB

Petani memanen tembakau di Desa Suntri, Rembang, Jawa Tengah, 17 Agustus 2015. Debu dari penambangan batu karst di Pegunungan Kendeng pada musim kemarau merusak sejumlah tanaman tembakau, akibatnya kualitas panen petani menurun dan membuat harga jualnya a
Perbesar
Petani memanen tembakau di Desa Suntri, Rembang, Jawa Tengah, 17 Agustus 2015. Debu dari penambangan batu karst di Pegunungan Kendeng pada musim kemarau merusak sejumlah tanaman tembakau, akibatnya kualitas panen petani menurun dan membuat harga jualnya a

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Semarang - Fenomena merokok lintingan tembakau, mulai digemari anak muda di Semarang. Mereka meracik sendiri, karena tak ingin branding rokok pabrikan. “Pengemarnya semakin banyak. Anak muda awalnya tak jatuh cinta pada tembakau. Tapi sekarang ada kecenderungan berbeda saat menikmati,” kata Radika Perdana, pengelola Mukti Kafe, yang menyediakan berbagai macam tembakau yang dijual ke kalangan anak muda Semarang, Minggu, 17 April 2016.

Menurut Radika, setidaknya saban hari ada kalangan muda mencari tembakau. Mereka senang menikmati tembakau lintingan secara berkelompok, saat mengunjungi kafe yang dia kelola. “Satu rombongan sampai lima orang. Mereka menikmati tembakau dengan melinting sendiri,” katanya.

Mereka, kata Radika, juga tergabung dalam komunitas, seperti Pipe and Tobacco Club Indonesia (PTCI) dan komunitas zippo, maupun Perokok Bijak yang datang untuk berbagai informasi sambil mempraktekkan merokok dengan melinting.

Radika juga mengatakan, proses melinting tembakau itu memerlukan waktu. “Sedangkan rokok pabrikan, bisa dikonsumsi dengan mudah sambil kerja dan aktivitas lain,” katanya.

Mukti Kafe, menyediakan banyak tembakau khas Nusantara, yang diracik sesuai dengan kebutuhan perokok muda. Tercatat tembakau yang didatangkan dari berbagai daerah dengan aneka jenis itu, diracik dengan beragam rasa, seperti rasa min, stroberi, vanila, cokelat, kopi, serta rasa lain yang banyak disukai kaum muda. “Harganya pun terjangkau,” kata Radika yang mengklaim, dia pengelola satu-satunya kafe berbasis tembakau di Semarang.

Sekretaris Jenderal Gerakan Masyarakat Tembakau Indonesia (GEMATI) Syukur Fahrudin menilai kegiatan melinting tembakau di kalangan muda, menarik. Apalagi, menurut dia, bila dikaitkan faktor sejarah nenek moyang. “Ini menarik karena meliting ada faktor hubungan sosial-budaya. Di balik melinting ada kultur sosial,” katanya.

Syukur juga menyatakan, fenomena melinting dalam mengkonsumsi tembakau, menjadi salah satu jawaban persoalan pertembakauan nasional. Dia menyebut, tembakau sebagai bahan baku rokok, sedang dikebiri banyak kelompok antitembakau. “Melinting atau tingwe (linting dewe) menjadi jawaban, ketika regulasi tak berpihak pada perokok, dan kebijakan pertembakauan lain,” katanya.

EDI FAISOL

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LN Idayanie Yogya

LN Idayanie Yogya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus