Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mengagumi sosok pesohor atau selebritas itu hal biasa. Tapi, ketika kekaguman itu berlebihan bisa berujung obsesi yang berkembang menjadi sindrom penyembahan selebriti (celebrity worship syndrome).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sindrom celebrity worship ini jenis hubungan parasosial yang terjadi ketika kekaguman berubah menjadi ketertarikan dan keasyikan obsesif. Mengutip Verywell Mind, celebrity worship atau pemujaan yang ekstrem terhadap selebritas.
Apa itu celebrity worship?
Biasanya ukuran yang digunakan untuk pemujaan selebritas, yakni Celebrity Attitude Scale. Skala itu menunjukkan tiga tingkat fenomena, yaitu hiburan-sosial, intens-pribadi, dan batas-patologis. Itu telah digambarkan sebagai gangguan obsesif-adiktif, walaupun itu bukan kondisi yang diakui secara klinis dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5) .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti hubungan parasosial, sindrom pemujaan selebritas dianggap sepihak atau tanpa timbal balik. Ini melibatkan satu orang yang memakai banyak waktu dan energi untuk menjalin hubungan dengan selebritas yang tak mengetahui keberadaan pengagumnya.
Interaksi dan hubungan parasosial cenderung negatif. Sindrom celebrity worship lebih dari sekadar hubungan parasosial. Ini pola perilaku yang sering obsesif, kompulsif, dan adiktif.
Asal-usul celebrity worship
Konsep hubungan parasosial, sepihak antara pemirsa dan persona diperkenalkan Donald Horton dan R. Richard Wohl pada 1956. Para sosiolog itu mengamati peningkatan acara radio dan televisi telah memungkinkan konsumen untuk mengembangkan ilusi hubungan dengan tokoh yang hanya dikenal melalui media.
Hubungan parasosial dengan tokoh atau pesohor cenderung normal secara psikologis. Tapi yang dianggap bermasalah pemujaan selebritas untuk aspek keterikatan.
Menurut Psychology Today, secara umum diyakini penggunaan pertama istilah celebrity worship syndrome dalam artikel Daily Mail oleh jurnalis James Chapman yang melaporkanpenelitian yang diterbitkan oleh John Maltby dan rekan-rekannya dalam The Journal of Nervous and Mental Disease.
Pada 2002 sebagai tanggapan atas meningkatnya minat dan liputan media tentang selebritas dan kehidupan pribadi mereka, Lynn McCutcheon mengusulkan konsep celebrity worship dan skala sikap terhadap selebritas untuk mengukurnya. Menurut dia bersama tim risetnya, walaupun normal untuk anak-anak dan remaja mengagumi selebritas untuk panutan, celebrity worship ini harus dicegah seiring bertambahnya usia.
Walaupun begitu, peningkatan informasi yang tersedia tentang selebritas telah menyebabkan sebagian orang dewasa mengalami celebrity worship.
Belakangan 20 tahun sejak pertama kali diusulkan, pemujaan selebritas makin menjadi subjek penelitian. Terlebih lagi, karena media sosial seperti Instagram dan Twitter, orang memiliki lebih banyak akses informasi tentang selebritas daripada sebelumnya, termasuk posting dan pesan yang langsung dari selebritas.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.