Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Beda Deteksi Dini dan Skrining untuk Kanker Paru

Pakar onkologi toraks menjelaskan perbedaan antara skrining dan deteksi dini. Siapa saja yang berisiko kena kanker paru?

28 November 2023 | 20.16 WIB

Ilustrasi Kanker paru-paru. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi Kanker paru-paru. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Indonesia Association Study of Thoraric Oncology Prof. dr. Elisna Syahruddin, PhD, Sp.P (K) menyebut tiga kelompok berisiko tinggi terkena kanker paru yang perlu melakukan skrining.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Pertama usia 45 sampai 71 kita masukkan dalam program skrining," ujar pakar onkologi toraks RSUP Persahabatan itu, Selasa, 28 November 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia mengatakan orang yang pernah menjadi perokok aktif dengan waktu berhenti kurang dari 15 tahun, termasuk perokok pasif, juga masuk dalam kelompok berisiko tinggi. Selain itu, pemilik riwayat kanker paru dalam keluarga meski tersebut tidak merokok juga masuk kategori kelompok berisiko tinggi.

"Ternyata dari data evidence base itu, kalau di keluarganya punya riwayat kanker paru, dia itu berisiko. Jadi, kerentanan seseorang di keluarga yang ada kanker paru, dia lebih rentan, makanya perlu menskrining diri," ujar Elisna. "Tiga faktor itu yang disebut faktor kelompok risiko tinggi, maka dari itu perlu dilakukan skrining." 

Ia juga menjelaskan perbedaan antara skrining dan deteksi dini. Skrining dilakukan pada orang dalam keadaan sehat tetapi memiliki faktor risiko sementara deteksi dini dilakukan pada individu yang telah bergejala. 

Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2022, kanker paru merupakan penyakit dengan prognosis paling buruk, yaitu rendahnya angka tahan hidup dibanding jenis kanker lain. Untuk pasien yang menjalani terapi kemoterapi pada stadium 4, proyeksi harapan hidup dapat mencapai 10 bulan, sedangkan tanpa pengobatan diperkirakan hanya bertahan tiga bulan.

"Untuk meningkatkan angka harapan hidup ada tiga upaya. Yang pertama skrining, kedua deteksi dini, yang ketiga pemberian terapi yang optimal," ucap Elisna.

Banyak faktor
Sementara itu, Kepala Pelayanan Medik RSUP Persahabatan, dr. Erlang Samoedro, Sp.P (K), menambahkan faktor risiko kanker paru tidak hanya terkait kebiasaan merokok. Menurutnya, walaupun rokok tetap menjadi penyebab utama kanker paru, tidak benar mengabaikan risiko bagi mereka yang tidak merokok.

"Apakah ada kanker paru yang karena tidak merokok? Ada. Jadi banyak faktor, ada faktor genetik, ada faktor lingkungan. Itu sudah kodrat, bukan sesuatu yang mungkin bisa dicegah, ada nasib. Jadi memang faktor genetik ada di situ," ujarnya.

Dia mengatakan RSUP Persahabatan memiliki program skrining melalui pemeriksaan medis untuk mendeteksi kanker paru pada orang yang sehat.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus