Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Dulunya Vrijman atau preman dikembangkan oleh para pekerja perkebunan untuk dimanfaatkan dalam melawan kesewenang-wenangan para pengusaha melalui centeng-centeng yang bertindak tidak manusiawi.
Kini seiring perkembangan jaman pengertian preman mengalami pergeseran makna ke arah yang negatif. Sangat berbeda dengan makna preman pada jaman Belanda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Karena tidak memiliki pekerjaan yang tetap untuk bertahan hidup,, mereka berbuat apa saja yang dapat menghasilkan uang. Mereka meminta paksa uang pada siapa saja yang dilihatnya lemah dan penakut, mereka akan melakukakan tekanan-tekanan fisik dan psikis terhadap korbannya. Biasanya tempat preman melakukan aksinya di pasar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dikutip dari AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 2, No. 2, Juni 2014, bahwa sikap, tindakan, dan perilaku pemaksaan para preman itulah yang disebut sebagai premanisme. Preman, pasti melakukan tindakan premanisme, sementara siapa saja bisa disebut melakukan tindakan premanisme, kendatipun ia tidak preman.
Secara umum, preman adalah individu atau kelompok yang memiliki identitas tertentu biasanya memiliki tato gambar-gambar hewan tertentu, kemudian mereka menggantungkan hidup dengan memanfaatkan ketakutan fisik maupun psikis orang lain untuk mendapatkan uang dan menguasai daerah-daerah tertentu.
Sehingga para preman cenderung melakukan tindakan kriminalitas seperti mencopet, menodong, memeras, menyiksa dan lain-lain yang melanggar nilai dan norma di masyarakat.
RAUDATUL ADWIYAH NASUTION
Baca juga : Jejak Orang Jawa di Suriname, Negara Eks Kolonial Belanda