Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

BegIni Cara Orang Tua Dukung Minat E-Sport Anak

Meski identik dengan sisi negatif, orang tua juga perlu mendukung minat anak dalam menekuni E-Sport

29 Juli 2022 | 06.00 WIB

Salah satu contoh industri e-sports tersebut adalah permainan game PUBG Mobile yang berinvestasi miliaran rupiah dengan rutin menyelenggarakan kompetisi berjenjang di Indonesia.
Perbesar
Salah satu contoh industri e-sports tersebut adalah permainan game PUBG Mobile yang berinvestasi miliaran rupiah dengan rutin menyelenggarakan kompetisi berjenjang di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam 5 tahun belakangan ini, fenomena e-sport menjamur kepada anak muda di tanah air. Sebagai orang tua, menyediakan fasilitas kepada anak dalam pengembangan minatnya merupakan sebuah keharusan, tak terkecuali minat gaming anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Maraknya fenomena e-sport mengalami puncak pada perhelatan Asian Games 2018 lalu, E-Sport masuk sebagai salah satu cabang olahraga(cabor) yang dipertandingkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada pelaksanaan tersebut, E-Sport mempertandingkan enam mata lomba, yakni League of Legends, Pro Evolution Soccer (PES), Arena of Valor (AoV), Starcraft II, Hearthstone, dan Clash Royale.

Meskipun tak jarang yang memandang dari sisi negatif, e-sport sejatinya memiliki manfaat bagi penggemarnya, antara lain:

1. Melatih kerja sama tim
Kebanyakan game dalam E-Sport dapat dimainkan dalam grup. Sehingga dalam mencapai tujuan game, anggota grup dapat meningkatkan skill seperti kerja tim, berpikir strategis, melatih komunikasi, hingga kepercayaan diri.

2. Meningkatkan pola berpikir kritis
Dalam bermain sebuah game, player diharuskan untuk menggunakan strategi dalam merah kemenangan. Begitu pula E-Sport, beragam strategi yang diterapkan dalam E-Sports juga dapat berpengaruh terhadap pola berpikir kritis anak. Dengan E-Sport anak akan terlatih untuk menghadapi permasalahan yang dihadapinya, serta terbiasa untuk berpikir kritis.
 
3. Memperbaiki daya tahan terhadap stress
Percaya atau tidak, game juga bisa membantu dalam mengatasi stress serta memperbaiki daya tahan dalam menghadapinya. Sebuah riset pernah dilakukan dan diambil sampel sebanyak 1000 gamers dalam rentang usia 18-30 tahun. Mereka ditanya mengenai tanggapan mereka terkait games dalam menangani stress. Hasilnya 55% mengatakan video game membantu mereka dalam mengatasi stress. 

Orang tua tetap bisa mendukung anak memiliki minat menjadi gamer, dengan cara membuka akses ke komunitas atau profesional yang memahami bidang permainan virtual tersebut. Menurut Psikolog anak, remaja dan keluarga Rosdiana Setyaningrum, teknik yang dapat digunakan dalam mendukung minat anak tersebut di antaranya:

1. Menunjukkan narasumber yang berkecimpung di bidang tersebut
Hal ini bertujuan supaya anak paham plus minus dari bidang yang dikecimpunginya. Dengan mengakses ke sumber yang valid, maka anak bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang dunia esport secara menyeluruh dan dampaknya dari berbagai sisi sehingga mencegah kemungkinan terjadinya kecanduan.

Mendorong anak eksplorasi di luar E-Sport...

 
2. Mendorong anak eksplorasi di luar E-Sport
Menurut Rosdiana, sebab di zaman sekarang anak tidak bisa hanya memiliki satu keahlian.

“Dengan mengakses ke sumber yang valid, maka anak bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang dunia e-sport secara menyeluruh dan dampaknya dari berbagai sisi sehingga mencegah kemungkinan terjadinya kecanduan.”

Memang, kecanduan ponsel atau smartphone kerap kali menjadi kekhawatiran besar orang tua. Menurut Rosdiana, kondisi pandemi dua tahun belakangan cenderung berdampak kurang menyenangkan. Sebab kegiatan di luar rumah yang berpotensi mencegah kecanduan menjadi tereduksi.

Tak hanya itu, kebanyakan anak ketika telah kecanduan menjadi lebih sulit untuk fokus dan mengalami perubahan suasana hati/mood swing yang signifikan apabila tidak menggenggam gawai. Jelas Rosdiana, salah satu dampak negatif dari game juga dapat membawa akibat pada sifat yang lebih mudah marah, murung, bahkan nilai atau prestasi pelajaran di sekolah juga mulai mengalami penurunan.

Jika candu gawai telah menunjukkan gejala yang akut, Rosdiana menyarankan orang tua agar membawa buah hati ke psikolog atau profesional untuk mendapatkan treatment khusus.

Selain itu, jika anak menunjukkan gejala ringan, Rosdiana juga menyarankan agar orang tua dengan bertahap mendorong anak-anak untuk melakukan aktivitas fisik dan mental lain yang mereka gemari, seperti olahraga di luar ruangan, sehingga ketergantungan pada gawai ataupun games akan berkurang.

Terakhir, Rosdiana menyarakan kepada orang tua agar lebih bersabar dalam mendorong anak menuju kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Seperti mendampingi anak untuk berolahraga, melukis maupun aktivitas lain yang membuat anak nyaman. “Kenalkan juga ke teman-temannya yang mungkin sudah lama nggak ketemu. Kalau remaja, dibuat suasananya jadi lebih menyenangkan dan nggak banyak tuntutan dulu,” tutur Rosdiana. 

DANAR TRIVASYA FIKRI
Baca juga : MPL Pamit dai Indonesia Setelah PHK 100 seratus orang

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus