Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gaslighting merupakan bentuk pelecehan emosional yang bisa dialami oleh siapa saja. Biasanya, gaslighting terjadi dalam sebuah hubungan berpasangan. Gaslighting mampu menjatuhkan kondisi mental seseorang sehingga korban dari gaslighting merasa cemas, bingung, bahkan tidak mempercayai dirinya sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam medicalnewstoday.com
Pelaku gaslighting atau yang juga dikenal dengan istillah gaslighter akan melakukan manipulasi keadaan dengan memojokkan, menciptakan narasi palsu, hingga membuat posisi korban menjadi lemah.
Supaya tidak terjebak dari perilaku gaslighting, atau bahkan secara tidak sadar pernah atau telah melakukan gaslighting, penting untuk mengetahui bentuk-bentuk dari gaslighting. Berikut perilaku dan ucapan yang termasuk perilaku gaslighting.
Berbohong kepada Pasangan
Gaslighter biasanya akan melakukan bentuk-bentuk pembohongan kepada pasangannya, sebagaimana dikutip dari verywell.com. Seringkali, para gaslighter akan berbohong, dengan membuat cerita versi mereka sendiri. Pelaku juga senantiasa tidak mengakui atas perkataan atau perbuataan yang pernah dikatakan atau dilakukannya. Bahkan, ketika sudah ada bukti jelas atas kebohongannya, gaslighter akan menyangkalnya dengan kata-kata “Itu tidak pernah terjadi” atau “Kamu gila.”
Mengalihkan Topik Pembicaraan dengan Pasangan
Ketika pasangan mulai mempertanyakan seputar tindakannya, maka gaslighter akan mengubah topik pembicaraan. Alih-alih menanggapi permasalahan yang ada, gaslighter akan cenderung mengajukan pertanyaan lain. Kondisi ini bisa melahirkan keraguan dari pasangan untuk memperjelas permasalahan atau justru mengabaikannya.
Meremehkan Pikiran dan Perasaan Pasangannya
Ketika pasangan mulai mengajukan seputar keresahan dan kecurigaannya, maka gaslighter akan meremehkan bahkan menyalahkan pikiran dan perasaan pasangannya. Pernyataan-pernyataan seperti “Tenang,”, “Kamu terlalu berlebihan,” atau “Kok kamu mendadak sensitive gini?”
Memutarbalikkan Kesalahan
Taktik berikutnya yang dilakukan gaslighter adalah dengan memutarbalikkan kesalahan. Melansir dari elibrary.unikom.ac.id, setiap berdiskusi dengan pasangan, maka gaslighter akan berusaha menjadikan pasangannya sebagai pihak yang harus disalahkan.
Pelaku justru menyatakan bahwa korban telah melakukan kebohongan atau melebih-lebihkan suatu permasalahan. Bahkan, gaslighter tidak menutup kemungkinan menyalahkan pasangan sebagai penyebab kesalahannya.
Perilaku gaslighting ini dilakukan semata-mata agar pelaku bisa mendapatkan kendali atas korban atau menghindari kesalahan dan tanggung jawab atas tindakannya sendiri.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini