Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

BJ Habibie: Jika Tak Bisa Dimakamkan di Samping Ainun, Ditumpuk Pun Tak Apa

Hasri Ainun Habibie wafat 22 Mei 2010. Dan, 9 tahun berselang BJ Habibie mangkat. Sesuai permintaannya, BJ Habibie dimakamkan di sebelah Ainun Habibie

23 Mei 2022 | 11.11 WIB

Asri Ainun Habibie ketika mendampingi sang suami, BJ Habibie. TEMPO/Bernard Chaniago
Perbesar
Asri Ainun Habibie ketika mendampingi sang suami, BJ Habibie. TEMPO/Bernard Chaniago

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 22 Mei 2010 silam, Hasri Ainun Habibie wafat. Istri Presiden RI ke-3 BJ Habibie itu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan atau TMP Kalibata, Jakarta Selatan. Sembilan tahun berselang BJ Habibie menyusul pada 11 September 2019. Sesuai permintaannya, BJ Habibie dimakamkan di sebelah Ainun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Dalam sebuah wawancara dengan Tempo pada 9 Desember 2010, BJ Habibie memang pernah bercerita. Habibie membolehkan Ainun Habibie disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan syarat, kelak dirinya dikubur di sebelah makam istrinya itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jika permintaan itu tak disetujui, BJ Habibie menolak Ainun dimakamkan di sana. B.J Habibie mengotot harus disemayamkan di samping Ainun. Bahkan jika tidak bisa, ditumpuk pun tak apa.

“Jika saya meninggal, saya harus dimakamkan di samping Ibu (Ainun), atau ditumpuk juga enggak apa-apa. Kalau enggak disetujui, saya enggak mau,” kata BJ Habibie di kediamannya, Jalan Patra, Kuningan, Jakarta Selatan, 2010 silam.

Sepeninggal Ainun, BJ Habibie berduka dalam waktu lama. Untuk mengobati kegundahan hatinya, Bapak Teknologi Indonesia ini kemudian menuliskan tentang kisah cintanya bersama Ainun. Dia mulai menulis sekitar dua minggu setelah istrinya wafat pada 22 Mei 2010.

“Saya menderita psychosomatic malignant karena kehilangan pendamping saya selama 48 tahun 10 hari. Jadi saya menulis untuk terapi penyembuhan,” katanya.

Buku itu diluncurkan pada November 2010 dengan judul Habibie & Ainun. Sekretaris Jenderal ASEAN saat itu Dr Surin Pitsuan, menyebut buku Habibie & Ainun sebagai kisah Romeo-Juliet Indonesia.

Bagi BJ Habibie, Ainun bukan sekedar cinta pertama dan terakhir. Ainun adalah cinta satu-satunya alias cinta sejati. Sebelum dengan Ainun, BJ Habibie mengaku pernah memiliki sejumlah kekasih. Namun perasaannya kepada Ainun berbeda. Bahkan ia kecanduan memandangi Ainun.

 “Saya dulu tidak pernah merasakan apa yang saya rasakan kepada Ainun. Konyolnya lagi, ketika berpaling, selalu ingin melihat lagi. Ini yang namanya merindukan,” kata BJ Habibie.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

 

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus