Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menjaga nafsu terkadang menjadi suatu tantangan bagi sebagian orang. Ada yang benar-benar berusaha untuk menjaga hawa nafsu makannya sehingga terkadang mereka kalap ketika waktu puasa tiba. Ada pula yang berusaha menahan nafsunya untuk merokok saat Ramadan di siang hari. Saat buka puasa tiba, para perokok ini tidak jarang langsung mengepulkan asap lewat mulutnya padahal perut masih belum terisi.
Baca: Selain Berhenti Merokok, Gaya Hidup Ini Bisa Turunkan Risiko TBC
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Para pakar lebih menyarankan agar mengkonsumsi makanan yang manis untuk mengontrol kadar gula darahnya setelah tidak terisi makanan selama kira-kira 13 jam. Sayangnya, bagi sebagian orang yang gemar merokok, mereka pun segera berbuka dengan sebatang tembakau yang digulung. Seberapa baik kebiasaan merokok tanpa mengisi perut itu?
Dokter spesialis paru yang sekaligus Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto sangat tidak menyarankannya. “Saat berbuka, perut sedang dalam kondisi kosong. Artinya, ketika seseorang mengkonsumsi rokok, secara tidak langsung ia memasukkan zat-zat beracun di tubuhnya,” katanya di Kementerian Kesehatan dalam acara "Hari tanpa Tembakau Sedunia" pada 28 Mei 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hal tersebut pun akan langsung berpengaruh untuk pertama kalinya ke bagian otak. Sebab, nikotin yang terdapat pada rokok dapat mengikat hemoglobin darah 300 kali lebih kuat dibandingkan oksigen. Tak heran, aliran oksigen ke otak pun menjadi berkurang.
“Kalau sudah begini, sistem kerja otak akan terganggu. Efeknya akan berupa sakit kepala, lemas dan mual. Bukannya justru makin sehat dan kuat, malah jadi sakit kan?,” katanya.
Merokok juga dapat memperparah risiko komplikasi pada penyakit degeneratif seperti jantung dan paru-paru. Apabila dikonsumsi dalam keadaan perut kosong, nikotin pada rokok dipercaya dapat mempercepat penumpukkan lemak serta plak pada arteri. “Ini dapat menghambat dan mempersempit aliran darah. Dengan demikian, serangan jantung dan sesak nafas sangat mudah diderita,” katanya.
Dalam hal ini, Agus pun menggarisbawahi pentingnya tidak merokok. Ia juga menghimbau agar bulan puasa dapat dijadikan kebiasaan untuk menghentikan penggunaan rokok itu sendiri. “Kalau saya bilang begini, bukan berarti kalau tidak puasa, boleh merokok ya," katanya.
Baca: Asap Rokok Bisa Akibatkan Alergi Anak, Cegah dengan 3 Hal Ini
Agus mengingatkan bahwa rokok tidak hanya berdampak bagi si perokok, tapi juga orang sekitar. "Usahakan untuk berhenti seterusnya karena akan berimbas bagi kesehatan jangka panjang,” katanya.