Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Cinta pandangan pertama seringkali digambar dengan perasaan gembira. Banyak ahli menganggap ini sebagai mitos, tapi sebagian lain, meyakini bahwa cinta pandangan pertama memang benar adanya. Perasaan gembira yang membuncah dan debaran jantung tak beraturan membuat mereka yakin bahwa ia menemukan cintanya pada pertama kali melihat seseorang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, perasaan dejavu juga bisa menyertai hal ini. Perasaan di mana Anda merasa telah mengenal orang tersebut di masa lalu, padahal jelas-jelas Anda baru melihatnya 5 detik yang lalu. Atau mungkin pada pandangan pertama Anda merasa separuh diri Anda, seperti tertarik ke arahnya layaknya sebuah magnet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, bagaimanapun juga, Anda tetap memerlukan relasi dan interaksi secara langsung untuk menentukan apakah Si Dia benar-benar sosok yang Anda cintai atau bukan.
Jadi, Anda harus mengakui bahwa sebenarnya Anda tidak benar-benar mencintainya pada pandangan pertama. Harus ada relasi yang terjalin dengan baik untuk mencintai seseorang karena cinta tidak datang secara instan.
Usaha untuk mengenal seseorang dapat bersifat kognitif, yaitu berdasarkan apa yang ia katakan kepada Anda, dan emosi apa yang dia ungkapkan. Kemudian, bisa melalui nada suara, caranya berperilaku, hingga bagaimana dia menyikapi sesuatu.
Hal tersebut tidak berarti bahwa semua jenis perkenalan semacam itu diperlukan untuk 'mencintai pada pandangan pertama'. Namun, untuk menegaskan bahwa itu benar-benar cinta atau bukan, tidak dapat dibatasi hanya dengan persepsi visual.
Perkenalan semacam ini membuat Anda bisa lebih banyak menilai dan mempertimbangkan banyak hal. Misalnya, apakah Si Dia memiliki selera humor yang sama dengan Anda? Apakah visi, misi, dan sikapnya sesuai dengan nilai yang Anda anut? Atau apakah Anda merasa nyaman apabila berada di dekatnya?
Evaluasi semacam itu dapat terjadi pada tahapan yang lebih dari sekadar tatapan atau pertemuan pertama. Nah, dari situlah cinta pada pandangan pertama dapat berubah menjadi lebih dalam dan berkelanjutan.
Meski banyak ahli menganggap ini sebagai mitos, beberapa orang menganggap bahwa cinta pada pandangan pertama benar-benar terjadi. Cinta pandangan pertama pada gebetan atau calon pasangan hanyalah sebuah ketertarikan yang menggelora saat itu dan bersifat tidak mendalam.
Namun, mungkin ada beberapa pasangan yang mulanya hanya tertarik secara fisik pada pandangan pertama, lalu setelah mengenal sosok satu sama lain secara lebih mendalam, cintanya menjadi terus tumbuh.