Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Metode cuci otak yang dipopulerkan Terawan Agus Putranto, kini sedang hangat diperbincangkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Seperti disebutkan Koran TEMPO, metode cuci otak berbasis radiologi intervensi untuk mengatasi stroke temuan Terawan ini menggunakan teknik sederhana, mirip membersihkan saluran gorong-gorong yang tersumbat. Ibarat pipa air, stroke salah satunya terjadi karena sumbatan darah di otak (stroke iskemik), sehingga darah tak mengalir dengan lancar. Nah, sumbatan inilah yang dibersihkan, sehingga pembuluh darah kembali bersih dan bekerja dengan normal.
Baca juga: Heboh Cuci Otak ala Dokter Terawan, Apa Itu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Metode ini juga merupakan bahan desertasi doktornya di Universitas Hasanuddin, Makassar, dan dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan pada 4 Agustus 2016.
Di samping bertanya soal efek samping dan lainnya, salah satu penguji Terawan, Teguh Ranakusuma juga saat itu (Agustus 2016) menyoal tentang banyaknya biaya yang harus dikeluarkan oleh seorang pasien, baik yang produktif maupun non-produktif. Menurut dia, banyak pasien yang mau berobat tapi terhambat masalah biaya. Terawan menyebutkan bisa di bawah Rp 10 juta, tergantung perhitungan rumah sakit dan wilayah. "Bisa dengan biaya murah, bisa juga mahal. Tergantung perhitungan unit cost-nya," kata Terawan.
Bagi pasien dengan usia non-produktif, biaya pengobatannya bisa ter-cover melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Adapun untuk usia produktif, soal biaya mungkin tidak menjadi masalah.
Baca: Festival Cheng Beng : Mengenal Kremasi di Berbagai Negara
Terawan berharap penelitian metode pengobatan ini mampu memberi sumbangsih bagi kemajuan dunia kedokteran di Indonesia. Dia mengklaim pengobatan ini merupakan yang pertama kalinya digunakan di dunia. "Baru negara Jerman yang mengadopsi tindakan ini," ujar dia.
Agar ilmunya dapat ditularkan, pada 2016 tersebut, Terawan mempersiapkan RSPAD Gatot Soebroto sebagai pusat pengembangan tindakan cuci otak. Sampai saat itu sudah ada 60 dokter yang tersebar di seluruh Indonesia yang telah dilatih untuk melakukan tindakan tersebut. "Harapan kami, seluruh rumah sakit juga memiliki peralatan medis untuk melayani pasien stroke di daerah masing-masing," ujar Terawan yang saat itu masih menjadi Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia.
ABDUL RAHMAN | NUR ALFIYAH