Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Dokter Ingatkan Penanganan Segera Pasien DBD untuk Cegah Komplikasi

Praktisi kesehatan mengatakan pasien DBD harus segera ditangani demi mencegah risiko kejang dan penyakit komplikasi.

25 Juni 2024 | 20.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi mengalami musim kemarau pada Mei hingga Agustus 2024. Saat musim kemarau, warga diimbau mewaspadai demam berdarah dengue (DBD) karena meski curah hujan berkurang, nyamuk Aedes aegypti pembawa virus dengue masih bisa berkembang biak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Praktisi kesehatan dr. Fridolin Seto Pandu menjelaskan pasien DBD harus segera ditangani demi mencegah risiko kejang dan penyakit komplikasi. "Penyakit DBD harus segera ditangani karena trombosit dapat terus turun," katanya, Selasa, 25 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jika turunnya hingga di bawah 100.00 per milimeter kubik dapat memicu kebocoran plasma yang bisa mengakibatkan sindrom syok dengue (DDS). Pada kondisi ini, aliran darah yang seharusnya mengalir ke seluruh jaringan tubuh mengalami penurunan sehingga dapat membuat tubuh kekurangan oksigen (hipoksia). Kondisi ini berisiko menyebabkan tubuh kejang dan berujung pada komplikasi seperti kerusakan hati, jantung, otak, paru-paru, hingga kematian.

Segera bawa ke faskes
Seto mengatakan apabila ada anggota keluarga yang demam dan tidak kunjung turun sebaiknya segera dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan sebab demam pada pasien bisa jadi karena sudah terjangkit demam berdarah. Dia menjelaskan gigitan nyamuk memberikan sensasi gatal dan tidak nyaman. Masalah nyamuk Aedes aegypti bukan sekadar gatal tetapi dapat membawa virus demam berdarah.

"Pascadigigit nyamuk biasanya pasien merasa demam tinggi,” kata Head of Department Underwriting Sequis itu.

Selain demam tinggi, gejala khas DBD lain yakni sakit kepala parah, nyeri otot dan sendi, serta ruam atau bintik merah pada kulit. Pada beberapa kasus, ada yang sampai mimisan dan terjadi pendarahan pada gusi. 

Kurangnya air mengalir selama musim kemarau dapat menciptakan banyak genangan yang sering luput dari perhatian warga. Kaleng, botol, dan bak bekas dapat menjadi sarang ideal nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak. Data kasus DBD, khususnya di DKI Jakarta, pada Juni 2024 sebanyak 622 atau lebih rendah dari April dan Mei lalu. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus