Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Fase Kritis Pasien DBD yang Tak Boleh Diabaikan agar Tak Berujung Fatal

Spesialis penyakit dalam menyebut pentingnya mewaspadai fase kritis pada pasien demam berdarah dengue (DBD). Perhatikan tiga fase berikut.

27 Februari 2024 | 21.13 WIB

Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Abdul Azis Syah Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Rabu, 11 Maret 2020. Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus DBD di Indonesia telah menelan 100 korban meninggal dari total 16.099 kasus dalam periode Januari sampai dengan awal Maret 2020. ANTARA/Syifa Yulinnas
Perbesar
Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Abdul Azis Syah Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Rabu, 11 Maret 2020. Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus DBD di Indonesia telah menelan 100 korban meninggal dari total 16.099 kasus dalam periode Januari sampai dengan awal Maret 2020. ANTARA/Syifa Yulinnas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan infeksi virus dengue, yang umumnya menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Spesialis penyakit dalam Soroy Lardo menyebut pentingnya mewaspadai fase kritis pada pasien demam berdarah dengue.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurutnya, masih banyak yang belum memahami fase kritis pada pasien demam berdarah dengue, yakni hari ketiga sampai keenam infeksi merupakan fase berbahaya yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat berakibat fatal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Fase inilah titik kritis, angka kematian itu tinggi," kata Soroy tentang tata kelola penanganan demam berdarah dengue, Selasa, 27 Februari 2024.

Dalam acara yang diselenggarakan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia tersebut, Soroy menguraikan tiga fase klinis DBD. Pertama, satu hingga tiga hari pertama infeksi kadar virus pada tubuh tinggi dan terjadi peningkatan kekentalan darah disertai dehidrasi. Ia mengatakan pada fase ini pasien DBD harus terhidrasi dengan baik, kebutuhan cairan tubuh harus terpenuhi.

Waspadai fase kritis
Fase kedua, hari ketiga hingga keenam infeksi merupakan fase kritis. Pada fase ini dapat terjadi komplikasi seperti syok, pendarahan, kerusakan organ, serta penurunan kadar trombosit darah. Soroy mengatakan angka kematian pasien DBD pada fase kedua tergolong tinggi dan penanganan yang baik pada fase ini merupakan kunci untuk mencegah komplikasi serius yang bisa berakibat fatal. Sementara fase ketiga merupakan fase pemulihan. Pada fase ini pasien umumnya direkomendasikan untuk beristirahat.

"Jadi, biasanya saya menyarankan untuk istirahat lima hari karena bagaimana pun virus sisa itu masih ada dan pasien dalam tiga minggu masih dalam kondisi kadang-kadang lemah," jelas Soroy.

Soroy menjelaskan gejala klinis yang umumnya dialami penderita DBD antara lain demam, nyeri di belakang mata, nyeri sendi, mual, muntah, dan muncul bintik merah pada kulit. Perkembangan penyakit tersebut dipengaruhi faktor seperti imunitas tubuh dan muatan virus.

"Pasien-pasien yang disertai dengan diabetes atau penyakit jantung tentu imunitasnya juga sudah menurun dan ini progres untuk berat bisa muncul. Lalu yang kedua adalah viral load atau muatan virus. Itu menggambarkan virulensi, pertumbuhan tinggi, atau berkonsekuensi terhadap respons imun tubuh," paparnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus