Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tetap tenang saat berada di tengah perdebatan yang sengit memang tidak mudah, terutama mempertahankan kesabaran. Terkadang, emosi terpendam sejak lama seringkali bisa meledak. Tetapi, sifat mudah marah bisa berakibat buruk terhadap hubungan, kesejahteraan, dan tingkat stres, yang pada akhirnya memberikan energi negatif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alih-alih fokus pada berpikir sebelum berbicara, Anda perlu melawan keinginan untuk meledak-ledak jika ingin mengendalikan amarah. Untuk membantu mengendalikan sifat pemarah dan mudah kesal, pakar empati dan pendiri CEO Curiosity Lab dan Actually Curious, Michael Tennant, membagikan tiga tips, dilansir dari Well and Good.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tetapkan batasan untuk saling menghormati
Langkah pertama yang bisa dicoba untuk menangani amarah adalah dengan mengenalinya dan mengakui efek buruknya. Dari sana, tentukan tingkat rasa hormat yang dirasa pantas dan ingin diterima dari orang lain. Tetapi, Tennant menyarankan agar rasa hormat harus berjalan dua arah dan saling menguntungkan. Dengan membangun harapan untuk saling menghormati, ini akan membantu Anda berusaha lebih sadar pada saat toleransi dan emosi mulai bergejolak.
Anda bisa menuliskan pemikiran dalam jurnal dan buat langkah-langkah tindakan yang solid untuk bisa menahan reaksi agresif dan langsung demi reaksi yang sesuai dengan batasan yang telah dibuat pada jurnal. Jangan lupa, pantau kemajuan dan tuliskan pencapaian apapun yang bisa dilihat kembali selama masa-masa sulit.
Kembangkan rasa welas asih
Memang hampir mustahil bisa menangkal rasa marah dan kesal saat terjebak dalam kemarahan. Tetapi, dengan latihan Anda bisa melakukannya. Setiap kali mengalami sumbu pendek, ajukan pertanyaan ini kepada diri, "Apa yang coba dilindungi oleh kemarahan?" dan luangkan waktu sejenak untuk merenungkan jawabannya. Cari tahu akarnya. Tuliskan di jurnal bila itu membantu. Dengan menghilangkan kesalahan dari penerima, Anda bisa lebih berbelas kasih terhadap mereka dan menjinakkan pemicu amarah.
Berusaha untuk jadi lebih baik
Bagikan tujuan dengan teman dekat, keluarga, atau semua orang yang sering berinteraksi. Jelaskan kepada mereka Anda sadar dengan kebiasaan ini dan berusaha untuk memproses emosi dengan lebih efisien untuk menyelesaikan konflik tanpa menggunakan kata-kata kasar atau kekerasan.
Beri kesempatan kepada mereka untuk mengajar Anda menjadi lebih baik berdasarkan pengetahuan dan pengalaman sendiri. Salurkan empati untuk Anda dan orang lain karena Anda juga manusia dan pantas mendapatkan kesabaran dan kasih sayang. Jangan juga menjadi kritikus untuk diri sendiri karena self-talk negatif bisa menjadi bumerang dan memperlambat kemajuan.
Baca juga: 7 Tips Mengendalikan Marah