Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 membawa perubahan besar pada masyarakat. Orang menyebutkan new normal. Kegiatan new normal ini juga berpengaruh pada gaya hidup masyarakat. "Kita sudah semakin terbiasa menggunakan masker, dan saat sakit akhirnya di rumah saja," kata Manajer of Nutrifood Research Center Felicia Kartawidjaja Putra pada 13 Oktober 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Beberapa new normal yang mungkin sudah menjadi kegiatan sehari-hari yang Anda temui adalah menggunakan masker, mengatur jarak, hingga menghindari kerumumunan. Kegiatan lain yang juga sempat tren ketika kasus Covid-19 sedang tinggi di Indonesia adalah memesan makanan secara online, bahkan selalu berada di depan layar sehingga jarang bergerak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Felicia mengatakan beberapa kegiatan new normal ini memberikan konsekuensi buruk pada kesehatan. Pertama adalah dalam hal pola makan, kedua juga dalam hal aktivitas fisik. Manajer of Nutrifood Research Center Felicia Kartawidjaja Putra/Nutrifood
Felicia menemukan berbagai riset yang mengatakan bahwa pada masa pandemi, semakin banyak orang yang makan tanpa sadar. "Istilahnya mindless eating. Jadi ada pengingkatan kebiasaan ngemil dan makan tanpa rasa lapar," katanya.
Data menyebutkan anak muda yang berumur sekitar awal 20an tahun semakin banyak yang makan hanya karena alasan bosan. Kebiasaan ngemil pun terus meningkat. Yang parah, kebiasaan konsumsi makanan manis pada orang di usia 18 tahun ke atas meningkat 22 persen. "Yang lebih parah lagi, 25 persen responden orang dewasa pola makannya tidak sehat dengan kurang makan buah dan sayur dan malah lebih banyak makan makanan manis dan gorengan," lanjutnya.
Dampak lain akibat new normal adalah kurangnya kebiasaan beraktivitas. "Data menyebutkan bahwa 52,8 persen tingkat aktivitas fisiknya menurun, dan 63,2 persen mengaku lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan sedenter dan malas-malasan serta berada di depan layar," katanya.
Ada beberapa dampak buruk yang bisa terjadi bila kebiasaan ini terus berlanjut. Salah satunya adalah seseorang akan alami kelebihan energi. "Jadi akibatnya berat badan masyarakat akan bertambah dan bisa berakibat pada obesitas," katanya.
Obesitas bisa berujung pada penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, kanker hingga jantung. "Penyakit seperti ini akan menghabiskan biaya dan waktu yang panjang dalam masa pengobatannya," katanya.
Untuk mengatasinya ada beberapa kegiatan yang disarankan Felicia, salah satunya mengikuti kampanye tumpeng gizi seimbang yang disarankan pemerintah, serta makan dengan konsep isi piringku. Ilustrasi dua orang sedang berolahraga di stadion (Sumber: shutterstock.com)
Pada tumpeng gizi seimbang, ada 4 tingkat yang disarankan untuk dikonsumsi. Tingkat pertama dengan jumlah yang cukup besar adalah karbohidrat, lalu tingkat kedua yang jumlah sedikit lebih kecil yaitu sayur dan buah. Tingkat ketiga, ada lauk pauk yang kaya protein, dan kerucut yang paling atas dengan porsi paling sedikit adalah gula, garam lemak. Porsi makan itu, perlu ditambah dengan berbagai aktivitas fisik seeprti bersepeda, beraktivitas dengan keluarga atau bermain sepak bola. "Ingat, gula hanya boleh dikonsumsi sebanyak 4 sendok makan perhari, garam sebanyak 1 sendok teh per hari, serta lemak, hanya 5 sendok makan per hari," katanya.
Gula Garam Lemak yang Tersembunyi
Dalam melakukan gaya hidup sehat, Felicia juga mengingatkan bahwa terkadang kebiasaan seseorang mengkonsumsi sesuatu ternyata memiliki kandungan gula garam dan lemak berlebih yang tersembunyi. Untuk mengurangi garam yang tersembunyi dalam makanan, Felicia menyarankan untuk mengurangi makan dengan saus, kecap, atau sambal. Jenis makanan itu, mengandung tinggi garam. Lalu tips lain yang bisa dilakukan adalah dengan kurangi konsumsi produk olahan karena produk olahan biasanya mengandung tinggi garam agar makanan awet. Untuk menambah rasa, ia pun menyarankan untuk menggunakan banyak rempah sehingga tidak perlu menambah lebih banyak garam atau zat sodium. "Bisa juga konsumsi makanan segar, buah dan sayur. Penambah rasa, bisa pula gunakan tambahan bawang putih dan jamur-jamuran atau menggunakan produk rendah garam," katanya.
Dalam mengurangi lemak, beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengubah cara masaknya. Bila Anda terbiasa memasak dengan menggoreng makanan, cobalah untuk mengolah makanan dengan menumis, panggang, bakar, atau asap, rebus. "Bisa pula memilih jenis lemak baik, seperti lemak yang berasal dari alpukat, lalu membatasi lemak dari makanan penuh krim, keju atau mentega, serta menghindari lemak buatan seperti yang berasal dri kue-kuean," lanjut Felicia.
Dalam hal aktivitas fisik, Felicia juga memberikan beberapa tips yang bisa membuat masyarakat untuk lebih aktif bergerak. Cara pertama adalah selalu menaiki tangga dan bukan naik lift. Lalu memperbanyak langkah dengan sering jalan kaki. Aktif dengan mengajak olahraga orang-orang terdekat juga bisa menjadi pilihan. "Terakhir mulailah secara bertahap dan batasi waktu bermain gadget atau peralatan elektronik lain," katanya. Head of Corporate Communication an Green Committee Nutrifood Angelique Dewi
Gaya Hidup Sehat Bisa Berkontribusi Jaga Kelestarian Alam
Head of Corporate Communication an Green Committee Nutrifood Angelique Dewi mendukung pertanyataan Felicia. Menurutnya, ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk tetap sehat dimulai dari gaya hidup yang baik.
Gaya hidup sehat juga sebenarnya bisa membantu untuk melestarikan dan menjaga lingkungan kita. Angelique mengatakan baik masyarkat desa dan kota, sebariknya mengikuti gaya hidup nutrisi seimbang melakukan olahraga rutin serta manajemen stres. "Kebiasaan gaya hidup sehat ini tentu bisa meningkatkan kondisi kesehatan global," katanya.
Selama ini, kata Angelique, cukup banyak masyarakat Indonesia yang makan dengan konsep 'yang penting kenyang'. Namun dengan mengikuti gaya hidup sehat, bisa saja kita menyatukannya dengan konsep gaya hidup ramah lingkungan. Salah satu contohnya adalah dengan mengkonsumsi makanan sayur dan buah secara utuh. Kedua jenis makanan itu tidak mahal di Asia Tenggara dibandingkan dengan sayur dan buah ketika belanja di Eropa. Angelique juga menyarankan untuk mengkonsumsi makanan asli dan bukan makanan olahan. "Dengan mengkonsumsi makanan utuh, kita bisa mengurangi plastik yang selalu jadi pembungkus makanan olahan," katanya.
Angelique juga mengingatkan bahwa salah satu faktor gaya hidup sehat adalah dengan memiliki pikiran dan jiwa yang sehat. Boleh saja seseorang healing dan pergi melakukan apa yang disukai. Walau begitu, Angelique lebih menyarankan untuk melakukan forest bathing, yaitu alih-alih jalan ke mall, bisa mengunjungi tempat yang dikeliling pepohonan. "Forest Bathing selain bagus untuk kita, bagus juga untuk bumi. Forest bathing bisa bantu turunkan stres, tingkatkan imun tubuh, hingga meningkatkan kesehatan seseorang. Bagi warga ibu kota, bisa sekali untuk jalan-jalan ke Sentul atau Bogor. Jadi selain kesehatan fisik, kesehatan mental juga bisa terjaga," katanya. Head of Corporate Communication an Green Committee Nutrifood Angelique Dewi /Nutrifood
Gaya hidup sehat serta memikirkan lingkungan juga bisa juga diaplikasikan dalam hal pola makan. Makan dengan mindfull bisa membantu seseorang menyadarkan diri ketika sedang mengkonsumsi sesuatu. Dengan makan secara mindfull orang pun akan menyadari dan merasakan apa makanan yang sedang disantap. Kesadaran dalam makan juga membantu seseorang mengurangi kebiasaan membuang makanan berlebih dan makan secukupnya saja.
Secara korporasi, Nutrifood, kata Angelique, berusaha untuk mengurangi sampah makanan. Nutrifood bekerja sama dengan beberapa organisasi bank makanan di Indonesia. Jadi bila ada produk yang terkontaminasi rasa, dan tentu saja masih bisa dimakan, akan dialihkan ke food bank. "Kami tidak bisa menjual produk yang harusnya memiliki rasa cokelat, tapi terkontaminasi stroberi," katanya. Makanan lain yang biasanya dikirim ke food bank, ada makanan produksi Nutrifood yang batas kedaluwarsanya masih sudah hampir habis. "Biasanya 3 bulan sebelum expired, kami tarik, dan makanannya, kami berikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Kembali, makanan itu masih aman untuk dimakan ya," katanya.
Mengurangi konsumsi protein dari daging merah dan lebih memilih protein dari ikan atau protein nabati juga bisa menjadi pilihan untuk meningkatkan gaya hidup sehat sekaligus mendukung alam yang lestari. Daging memiliki kalori yang tinggi dibandingkan ikan ataupun protein nabati. Konsumsi daging juga bisa menyebabkan pemanasan global karena daging itu meningkatkan emisi gas. Daging bisa meningkatkan deforestasi untuk keperluan lahan ternak. Daging juga bisa melepas gas metana. "Butuh alih fungsi lahan yang besar untuk pakan ternak, mengubah sumber protein kita mejadi ikan atau lebih ke protein nabati, kacang-kacangan atau tempe juga bisa menjadi pilihan gaya hidup sehat sekaligus melestarikan lingkungan," katanya.
Co-founder Tempe Movement Amadeus Driando Ahnan Winarno setuju, mengkonsumsi tempe bisa menjadi alternatif protein yang baik sekaligus ramah lingkungan. Menurut Andro, sapaan Amadeus, orang Indonesia secara objektif mengonsumsi tujuh kilogram tempe per tahun. Jumlah itu setara dengan pemenuhan protein hingga 10 persen. Jumlah tempe yang dikonsumsi masyarakat Indonesia ini juga jauh lebih tinggi dari daging yang hanya 3,1 persen, telur 1,2 persen, dan tahu 8,1 persen.Co-founder Tempe Movement Amadeus Diando Ahnan Winarno /Nutrifood
Menurut standar Planetary Healthy Diet, menetapkan batasan karena daging merah sangat boros sumber daya lingkungan dan meningkatkan beberapa risiko kesehatan. Batasan itu penting dibuat agar orang tidak cepat sakit dan bumi tidak cepat rusak. Menurut Andro, sebenarnya dibandingkan daging, produksi tempe bisa empat kali lipat lebih efisien dalam penggunaan energi serta 20 kali lebih rendah dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca. Selain itu, harganya pun bisa juga lebih murah delapan kali dibandingkan harga daging sapi.
Faktor lingkungan semakin menjadi pertimbangan orang memilih makanan. Maklum bumi sudah semakin tua dan penuh oleh manusia. Diperkirakan jumlah manusia mencapai 10 miliar pada 2050 nanti. Artinya, akan ada lebih banyak lagi orang yang membutuhkan makan. Mengubah konsumsi daging merah dengan protein nabati, pasti bisa menghemat penggunaan lahan hingga 90 persen, dan menghemat air hingga 10 persen.
Darurat Krisis Iklim
Head of Secretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Gita Syahrani mengatakan krisis iklim sudah tidak bisa dihindari. Dampaknya pun tidak bisa dihilangkan, akibatnya masyarakat perlu melakukan adaptasi terhadap dampak dari krisis iklim itu. "Dampak yang pasti adalah tanah akan semakin kering, dan suhu akan naik. Akibatnyam, permukaan air laut akan naik. Dari segi cuaca, ada daerah di Indonesia yang ada hujan, ada juga tempat yang tidak ada hujan," katanya.
Berbagai bencana dari krisis iklim juga bisa dialami masyarakat. Dampaknya seperti bencana banjir, atau bahkan dampak kesehatan seperti meningkatkan kasus demam berdarah bisa terjadi. Krisis iklim bisa akibatkan 52 virus yang tadinya tidur jadi bangkit karena adanya kenaikan suhu yang terjadi. "Jadi kita perlu tingkatkan imunitas tubuh dan juga (daya tahan) alam, jadi perlu tingkatkan kesehatan dan kesehatan alam," kata Gita.
Secara konkrit, Gita dan organisasinya pun mengajak masyarakat untuk dan para petani muda untuk melakukan berbagai inovasi. Inovasi di bidang pertanian ini diharapkan bisa menjadi salah satu cara agar masyarakat daerah tidak terpaku untuk menebang hutan atau bergantung pada sawit semata ketika hendak mencari nafkah. Ia mengajak para wirausaha muda untuk mengeksplorasi rempah Indonesia.
Salah satu sektor yang menurutnya sedang tinggi permintaan adalah di bidang kecantikan dan e-commerce. Gita dan tim mengajak UMKM lokal untuk mengembangkan industri alam untuk kecantikan sekaligus kesehatan. Beberapa bahan baku yang memiliki peluang tinggi masuk pasar global adalah madu alam, temulawak, daun kelor, jahe, cacao, minyak kelapa, dan tengkawang. "Kita perlu memperbanyak wirausaha lestari, yaitu menjalankan wirausaha yang mampu menjalankan operasionalnya yang ramah lingkungan dan sosial," katanya. Head of Secretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Gita Syahrani/Nutrifood
Dengan konsep ini, Gita yakin produk dan komoditas dalam negeri akan memiliki nilai tambah, masyarakat juga bisa menjaga alam mereka, limbah produksi terjaga, serta pekerja bisa sejahtera.
Berubah Bersama
Pelaku gaya hidup zerowaste, Siska Nirmala, mengatakan menggabungkan gaya hidup sehat sekaligus gaya hidup ramah lingkungan bisa saja terjadi. Namun hal dasar yang perlu dilakukan masyarakat adalah dengan mengubah kebiasaan. "Kita butuh transformasi behavior dulu," katanya saat dihubungi pada 31 Oktober 2022.
Menurutnya, masalah iklim salah satu faktornya adalah karena kebiasaan 'merusak' bumi manusia yang sudah dilakukan selama puluhan tahun lamanya. Manusia sudah terbiasa mengonsumsi makanan berlebih, bisa juga terbiasa boros listrik, lalu tidak jarang pula boros bahan bakar. "Itu semua dampak dari kebiasaan kita yang sudah dilakukan selama puluhan tahun lamanya, katanya. Ilustrasi wanita naik sepeda. Freepik.com
Perubahan perilaku untuk membiasakan gaya hidup sehat serta ramah lingkungan ini mungkin masih dianggap berat bagi beberapa orang. Transformasi kebiasaan itu bisa dimulai dari hal kecil seperti selalu menghabiskan makanan, konsumsi secara bijak, menggunakan sepeda ketika bepergian dibanding naik kendaraan bermotor, atau perbanyak makan makanan utuh bukan makanan olahan atau makanan yang terbungkus plastik.
Siska pun tidak yakin perubahan besar bisa terlihat hanya dalam 1 atau dua pekan saja. Namun bila kebiasaan baik itu dimulai sedikit demi sedikit, serta dilakukan secara serempak, ia yakin perubahan yang baik akan lebih cepat terlihat. "Gaya hidup sehat dan lebih bijak ini bisa berpengaruh pada sistem supply kita, memang (dampaknya) tidak bisa sepekan atau sebulan. Bisa saja butuh puluhan tahun agar kebiasaan kita berubah, tapi sebaiknya ambil peran itu, sehingga semua orang bisa sama-sama melakukan perubahan yang pasti," katanya.
Baca: Sejumlah Gaya Hidup yang Bisa Memperpendek Usia