Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Leukemia adalah salah satu bentuk kanker darah yang ditandai adanya sel-sel tidak normal atau sel muda yang bertambah dalam jumlah banyak dan tidak terkendali. Spesialis penyakit dalam Dwi Wahyunianto mengatakan orang perlu mewaspadai lebam pada kulit yang sering menjadi tanda leukemia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Salah satu gejala yang perlu diwaspadai adalah adanya perdarahan, itu bisa terjadi di mana saja. Yang paling sering itu di kulit seperti lebam, menjadi salah satu gejala yang sering ditemukan pada pasien leukemia," ucap Wahyu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Lebam yang terjadi pada sebagian besar pasien leukemia adalah karena adanya perdarahan di bawah kulit akibat sel darah putih yang berkembang terlalu banyak sehingga menekan sel darah merah dan trombosit yang diproduksi di dalam sumsum tulang. Selain lebam pada kulit, gejala lain yang sering ditemui adalah mimisan dan gusi berdarah. Walaupun ada tanda terlihat pada pasien, perlu dilakukan diagnosis lebih lanjut oleh dokter agar bisa dilakukan tindakan yang cepat dan tepat.
"Memerlukan seorang dokter yang tentunya punya pengetahuan dan pengalaman di bidangnya sehingga diagnosis leukemia bisa dengan cepat ditindak karena penyakit ini bergeraknya sangat cepat, misalnya dalam waktu enam bulan sampai dengan setahun pasien bisa tidak selamat," ucap Wahyu.
Bukan lebam biasa
Ia menjelaskan lebam pada penderita leukemia berbeda dengan lebam biasa karena terbentur. Biasanya, lebam pada leukemia terjadi di tempat yang tidak biasa, seperti batang tubuh dan leher, serta jumlahnya yang bertambah seiring waktu.
"Lebam menjadi wajar bila memang misalnya habis terbentur, kita tahu alasannya. Kalau tidak tahu tiba-tiba muncul lebam, apalagi ditambah dengan gejala mudah pucat, juga harus memeriksakan ke konsultan hematologi dan onkomedik yang terdekat," ucap dokter di RS Mayapada Tangerang itu.
Leukemia bisa terjadi akibat adanya beberapa faktor, seperti paparan zat kimia, polusi, termasuk asap rokok, dan pernah melakukan terapi radiasi atau kemoterapi. Selain itu, faktor keturunan juga sangat berperan.
"Seperti kanker lain, faktor genetik sangat berperan dalam hal terjadinya kanker mungkin hampir 90 persen terkait dengan kelainan genetik dari sel darah yang mengalami leukemia tersebut," ucapnya.
Konsultan hematologi onkologi medik ini mengatakan peran operasi pada leukemia sangat minimal karena berhubungan dengan darah sehingga terapi sistemik dengan memberikan obat yang bekerja ke seluruh tubuh menjadi jalan satu-satunya pengobatan.
"Salah satunya adalah kemoterapi, yang merupakan bagian dari pengobatan kanker secara sistemik atau keseluruhan," ujarnya.
Ada juga terapi target dan imunoterapi namun pengobatan ini memerlukan fisik prima pasien karena efek samping cukup besar sehingga disarankan pasien segera memeriksakan diri agar kondisi saat berobat masih optimal untuk menerima terapi.