Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Gejala Terbanyak Omicron BA.4 dan BA.5, Bukan Cuma Batuk

Tak cuma batuk, gejala Omicron BA.4 dan BA.5 juga meliputi sakit tenggorokan, pilek, dan demam. Jangan disepelekan.

29 Juni 2022 | 10.41 WIB

Ilustrasi batuk. health24.com
Perbesar
Ilustrasi batuk. health24.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Kelompok Kerja Infeksi (PDPI) Dr. dr. Erlina Burhan, Sp.P(K), dalam webinar bertema "Update on Management of COVID-19" di Jakarta, Selasa, 28 Juni 2022 mengatakan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 masuk dalam variant of concern (VOC) yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). PDPI menyebut batuk, pilek, nyeri tenggorok, demam, merupakan gejala dominan dari subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Sub varian BA.4 ditemukan sekitar bulan Januari 2022 dan BA.5 pada Februari di Afrika Selatan, kemudian kasusnya meningkat di sejumlah negara dan ditengarai karena sifat subvarian itu mempunyai kemampuan untuk menghindari kekebalan imunitas," tuturnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengemukakan, per 23 Juni 2022 terdapat 21 kasus BA.4 di dalam negeri dengan terbanyak adalah usia produktif 20-59 tahun. "BA.4 pada anak-anak 5 persen dan pada lansia sekitar 15 persen, 90 persen adalah warga negara Indonesia. Jadi ini betul-betul transmisi lokal dan lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan," paparnya.

Ia menambahkan pasien BA.4 yang sudah divaksinasi dosis ketiga sebanyak 62 persen, vaksin lengkap sudah 24 persen, hanya 5 persen yang belum divaksin. "Yang belum divaksin berhubungan dengan usia, yaitu anak-anak di bawah 5 tahun," katanya.

Untuk kasus BA.5 mencapai 122 kasus. Subvarian baru ini diperkirakan akan terus bertambah, 92 persennya adalah WNI, umumnya isolasi mandiri di rumah karena gejala ringan. Sementara itu, berdasarkan studi di Hong Kong, Erlina mengatakan perbedaan varian Omicron, Delta, atau varian awal adalah di bronkus.

"Varian Omicron itu memiliki laju infeksi dan replikasi 70 kali lebih tinggi dibandingkan Delta. Sementara replikasi di jaringan paru hanya 10 kali. Ini menunjukkan kenapa gejalanya banyak di saluran atas," paparnya.

Untuk tingkat kematian, disampaikan, varian Omicron lebih rendah dibandingkan Delta dan lama perawatan di rumah sakit juga lebih pendek dibandingkan Delta.

"Risiko kematiannya rendah, risiko long COVID-19 juga rendah, tetapi tetap kita harus menjaga diri lingkungan jangan sampai tertular," ucapnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus