Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Habis SARS Terbitlah Flu Burung

Flu burung menyerang ribuan unggas hidup dan menular ke manusia. Virus ini lebih berbahaya dibandingkan dengan SARS.

1 Februari 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Makan malam itu sungguh istimewa. Puluhan tamu hadir dengan baju resmi kebesarannya. Di salah satu sudut, berderet makanan serba ayam. Ada ayam goreng, sup ayam, dan salad ayam. Tentu saja ikut terhidang gai yang chao lai, ayam panggang khas Thailand.

Di meja kehormatan, duduk Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra. Wajahnya ceria. Dengan lahap, dia mencicipi hidangan yang tersaji. "Ayo, makan..., tak perlu takut." Lalu ia memanggil wartawan mendekat. Jepret-jepret, lampu kamera berkelebat-kelebat, memotret Thaksin, yang berpose lucu: siap mencabik sebongkah paha ayam besar dengan giginya.

Ini memang bukan sembarang acara makan malam. Dengan sajian serba ayam tadi, Thaksin ingin menunjukkan ayam-ayam dari negerinya bebas virus flu burung. Tak tanggung-tanggung, malam itu Thaksin menggiring 35 menterinya untuk bersama-sama menyantap ayam dengan para wartawan.

Ia juga menjanjikan kompensasi sebesar satu juta baht (lebih dari Rp 200 juta) bagi mereka yang terbukti mati karena flu burung setelah mengkonsumsi daging ayam lokal. "Hari ini kami tawarkan menu ayam untuk meyakinkan para konsumen," kata Anan Sirimongkolkasem, Presiden Asosiasi Pengekspor Pemrosesan Ayam Broiler Thailand, yang ikut jamuan makan itu.

Thaksin memang kerepotan setelah virus flu burung mendera negerinya. Akibat virus ini, permintaan impor ayam dari negeri yang terkenal dengan ayam bangkoknya itu merosot drastis. Ia juga kerepotan menghadapi kecaman Senator Malinee Sukwejchavarakij. Dalam satu kesempatan, sang Senator menyebut ada pria dari wilayah Nakhon Sawan yang terjangkit flu burung setelah menyembelih 70 ekor ayam. Malinee menuduh pemerintah Thaksin sengaja menutup-nutupi kasus ini.

Virus flu burung sebetulnya bukan makhluk baru. Virus ini pertama kali muncul di Hong Kong pada 1997. Saat itu, 18 orang terjangkit dan enam di antaranya tewas. Lama tak terdengar, virus ini tiba-tiba muncul lagi di Vietnam pada Juli 2003 hingga Januari ini. Pemerintah Vietnam bertindak cepat dengan membantai 8 juta ayam pengidap virus. Tapi terlambat: 14 orang telanjur tewas dan 10 di antaranya anak-anak.

Dari Vietnam, virus ini berkelana ke Korea Selatan, Taiwan, Jepang, lalu Thailand. Persis seperti wabah severe acute respiratory syndrome (SARS) alias sindrom pernapasan akut dan parah, flu burung menjelma menjadi momok menakutkan. Apalagi, seperti dilansir Badan Kesehatan Dunia (WHO), ancaman flu burung lebih serius daripada SARS. Ini terlihat dari tingkat kematian korban yang lebih tinggi dibandingkan dengan korban SARS.

Menurut Tjandra Yoga Aditama, dokter spesialis paru-paru dari Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, pada awalnya, flu burung alias avian influenza hanya sejenis penyakit infeksi pada burung. Penyebabnya adalah virus influenza tipe A subtipe H5 dan H7.

Dunia medis mengenal virus ini mudah bermutasi. Dan bila virus ini menyerang manusia, dampaknya bisa fatal. Inilah yang oleh kalangan medis disebut sebagai highly pathogenic avian influenza. "Tingkat kematian bagi penderitanya bisa sampai seratus persen," kata Tjandra. Jelas ini bukan risiko kecil. Sebab, bahkan untuk SARS yang begitu menakutkan, menurut Tjandra, kemungkinan sembuh bagi penderitanya mencapai 90 persen (TEMPO Edisi 7-13 April 2003).

Penularan utama flu burung pada manusia terjadi karena kontak langsung dengan unggas hidup seperti burung, ayam, dan itik. Virus itu menyebar antara lain lewat kotoran unggas yang terinfeksi. Gejala terjangkit virus ini mirip flu biasa. Penderita akan mengalami demam, sakit tenggorokan, dan juga batuk. Bila serangan menghebat, penderita bisa terkena sakit paru-paru gawat (severe respiratory distress) akibat pneumonia. "Inilah yang sering membunuh pasien," kata Tjandra.

Sebetulnya mencegah terjangkit virus ini sederhana. Resep paling klasik adalah menjaga stamina tubuh agar flu tidak menyerang. Cara lain, masaklah daging unggas yang akan dimakan. "Virus akan mati bila dagingnya dimasak dulu," kata Fadela Chaib, juru bicara WHO.

Mungkin karena tahu rahasia inilah Thaksin tanpa ragu menyantap gai yang chao lai yang lezat itu. Sayangnya, sang virus tak mau berkompromi. Sehari setelah jamuan ayam itu, Rabu lalu, Menteri Kesehatan Thailand, Sudarat Keyuraphan, menyatakan ada tiga warganya dicurigai terjangkit flu burung. Sudarat berjanji, jika mereka positif terjangkit, pemerintah akan mengumumkannya.

Tak jelas apakah pengumuman itu akan kembali dibarengi jamuan makan ayam besar-besaran.

Dwi Wiyana (berbagai sumber)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus