Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Hanya Ada Di Candi Sojiwan: Menu Hidangan Raja Mataram Kuno  

Menu hidangan ala raja Mataram Kuno ini dipelajari dari


relief yang ada di Borobudur dan Prambanan.

22 Februari 2017 | 12.55 WIB

Pengunjung mencicipi menu Raja-raja Mataram Kuno, di Candi Sojiwan, Klaten, 22 Februari 2017. TEMPO/Dinda Leo
Perbesar
Pengunjung mencicipi menu Raja-raja Mataram Kuno, di Candi Sojiwan, Klaten, 22 Februari 2017. TEMPO/Dinda Leo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Klaten - Penasaran ingin mencicipi menu santapan Raja-raja Mataram Kuno di era abad 8 - 10? Silakan berkunjung ke komplek Candi Sojiwan yang berada di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.

Di desa tersebut, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah telah melatih lima ibu rumah tangga untuk memasak beberapa menu masakan bernuansa Jawa Kuno. Resep masakan itu disusun dari prasasti dan hasil interpretasi terhadap relief Candi Prambanan dan Borobudur.


Berita lain: Ajang Berselfie, Kelok Sembilan Akan Dijadikan Tujuan Wisata


Kepada para ibu tersebut diajarkan tiga jenis makanan dan tiga jenis minuman. Tiga jenis makanan itu adalah Hadangan Harang (sate lilit daging kerbau), Hadangan Madura (daging kerbau dimasak manis), dan Dundu Puyengan (belut ditata melingkar dengan bumbu daun kemangi).


Adapun tiga jenis minumannya adalah Nalaka Rasa (minuman sari tebu), Jati Wangi (minuman sari melati), dan Kinca (minuman sari asam). Beragam menu itulah yang dihidangkan pada Festival Kuliner Hidangan Raja-raja Mataram Kuno di Candi Sojiwan, 21 Februari. Acara ini terbuka untuk umum.


Dalam festival kuliner yang diselenggarakan di Pelataran Candi Sojiwan itu juga disajikan sejumlah menu lain seperti Meneka Kuluban (sayur-sayuran rebus dengan beragam bumbu) dan Phalamula (umbi-umbian yang direbus dan disajikan dengan areh dan air gula).


“Pemberian nama masakan dan minuman itu disesuaikan dengan bahannya dalam bahasa Jawa Kuno,” kata Pengkaji di BPCB Jawa Tengah, Riris Purbasari. Adapun bahan dasar serta cara memasaknya dihimpun dari Prasasti Rukam yang ditemukan di wilayah Temanggung pada 1975.


Berita lain: Sensasi Baru Bukit Trianggulasih Banyumas


Dalam prasasti berangka tahun 829 Saka atau 907 Masehi itu juga disebutkan sejumlah menu makanan yang hanya boleh disantap oleh raja. Namun, prasasti tersebut tidak menjelaskan secara detail ihwal bumbu serta cita rasanya. “Hanya bahan dan cara memasaknya, seperti diasap (dibakar),” kata Riris.Candi Prambanan (kanan) dan candi Sojiwan (kiri) dilihat dari kejauhan. (Tempo/Suryo Wibowo)

Sebenarnya bukan hanya daging kerbau saja yang menjadi bahan dasar Rajamangsa atau Mahamangsa (makanan raja). Tapi ada juga kura-kura, penyu, kambing bunting, babi hutan dan anjing yang dikebiri, hingga ikan taluwah dan ikan asih. “Daging kerbau dipilih karena belum tren di sini. Jadi diharapkan bisa jadi ciri khas. Kalau (daging) yang lain, khawatir jadi kontroversi,” kata Riris.

Salah seorang warga Desa Kebondalem Kidul, Suwarni, 55 tahun, mengaku baru belajar memasak menu-menu spesial itu selama dua pekan di bawah pendampingan tim BPCB Jawa Tengah. “Memasaknya tidak sulit, cuma daging kerbaunya musti didatangkan dari Kudus,” kata Suwarni.

Suwarni menambahkan, sejumlah makanan dan minuman ala Raja Mataram Kuno tersebut rencananya akan disajikan dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan di Candi Sojiwan. “Bisa dihidangkan saat ada acara resmi maupun untuk wisatawan yang ingin mencicipi,” kata Suwarni.

Dinda Leo Listy (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tulus Wijanarko

Tulus Wijanarko

Wartawan senior dan penyair.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus