Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Hati-hati Menyuguhkan Dongeng Anak Nusantara  

Beberapa dongen anak Nusantara mengandung unsur seksualitas dan konsep rumit.

21 Oktober 2015 | 12.21 WIB

Pak Raden mendongeng dengan boneka karakter Unyil dan kawan-kawan dalam Festival Dongeng Indonesia di Museum Nasional, Jakarta, 2 November 2014. TEMPO/Dasril Roszandi
Perbesar
Pak Raden mendongeng dengan boneka karakter Unyil dan kawan-kawan dalam Festival Dongeng Indonesia di Museum Nasional, Jakarta, 2 November 2014. TEMPO/Dasril Roszandi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Amanda Casimira, Manajer Program Divisi Literasi ProVisi Education, mengatakan ada dongeng anak Nusantara yang memuat cerita dewasa, misalnya mengandung unsur seksualitas. Cerita seperti ini perlu diwaspadai karena tak cocok bagi anak.

Ia menilai dongeng anak Nusantara bukan bacaan bagi pemula. Sebab, ceritanya mengandung alur yang kompleks dan plot yang cukup rumit serta memuat beberapa konsep sekaligus.

Menurut Amanda, pendampingan orang tua diperlukan karena dalam cerita rakyat Nusantara terdapat beberapa konsep bahasan yang cukup rumit, misalnya soal pernikahan dan adat-istiadat. Orang dewasa yang mendampingi pun harus bisa menyampaikan kisah dalam cerita itu dengan baik.

“Anak perlu juga belajar memahami konsep cerita,” kata Amanda, seperti ditulis Koran Tempo, Rabu, 21 Oktober 2015. Itu sebabnya, buku cerita anak terbagi dalam beberapa kategori sesuai dengan usia anak. Semakin kecil usia anak, buku cerita baginya tak terlalu banyak mengandung teks, melainkan gambar.

Sejalan dengan usia anak yang kian bertambah plus keterampilan membacanya yang semakin baik, gambar dalam buku cerita berkurang, sedangkan teks bertambah. “Semakin mahir membaca, anak dapat membaca buku dengan alur yang lebih kompleks dan mengandung beberapa konsep sekaligus,” ujarnya.

Pada akhirnya, Amanda melanjutkan, ini bukan hanya soal anak dibacakan cerita atau orang tua gemar bercerita kepada anak. Yang tak kalah penting, orang tua perlu tahu buku dan cerita apa yang hendak mereka sampaikan kepada anak. Dengan demikian, isi cerita yang kurang layak bagi anak bisa dijauhkan.

Roosie Setiawan, pegiat Komunitas Reading Bugs, memiliki pengalaman senada soal dongeng anak Nusantara. Sebagai penggagas kegiatan membaca lantang kepada anak, ia kerap menemukan buku yang mengandung kisah atau nilai yang terlalu dewasa atau tidak pantas ditiru anak. “Ada yang menceritakan soal membangkang kepada orang tua atau cerita yang memuat kata-kata kasar. Beberapa saya temukan dari dongeng Nusantara,” ujarnya.

Idealnya, dari suatu cerita bisa tertanam nilai-nilai yang baik bagi anak-anak dalam masa tumbuh kembang mereka. Beredarnya buku-buku cerita yang belum terjamin isinya mau tak mau menuntut pendampingan orang tua yang semakin ketat.

AISHA SHAIDRA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mohammad Reza Maulana

Mohammad Reza Maulana

Bergabung dengan Tempo sejak 2005 setelah lulus dari Hubungan Internasional FISIP UI. Saat ini memimpin desk Urban di Koran Tempo. Salah satu tulisan editorialnya di Koran Tempo meraih PWI Jaya Award 2019. Menikmati PlayStation di waktu senggang.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus