Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia Coffee Event (ICE) 2019 yang digelar pekan lalu di Kuningan City, Jakarta mengusung tema #coffeeconnectspeople.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tujuan mengangkat tema tersebut agar tercipta hubungan, interaksi antarmanusia yang terlibat dalam urusan kopi di seluruh dunia. Semua orang yang terlibat dalam urusan kopi harus bisa saling berhubungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kopi bukan hanya soal produk, namun juga berkaitan dengan interaksi antarmanusia yang terlibat di dalamnya,” kata Yudistira Bawono, Ketua Panitia ICE 2019.
“Misalnya petani dapat berkomunikasi langsung dengan barista, roaster dapat bertukar pikiran dengan penikmat kopi, dan tentunya yang paling klasik, interaksi antar penikmat kopi di sebuah kedai. Semua ini membuka kemungkinan sebuah kolaborasi baru dengan semangat membuat dunia kopi spesial lebih inklusif,” lanjut Yudistira.
Indonesia ada di peringkat keempat pasar ritel kopi terbesar di dunia. Amerika Serikat di peringkat pertama dengan 607.000 metrik ton, diikuti Brasil (425.000 ton), Jerman (424.000 ton), Jepang (304.000 ton), dan Indonesia (268.000 ton).
Demi meningkatkan citra kopi Indonesia di mata dunia, barista-barista yang memenangi kompetisi di ajang ICE 2019 akan dikirimkan ke dua festival kopi dunia.
Dua ajang tersebut adalah World Barista Championships dan World Brewer Championships di Boston, Amerika Serikat pada 11-18 April. Satu lagi ajang adalah World Latte Art Championship dan World Cup Tester Championship di Berlin, Jerman pada 8-10 Juni.
Angka pertumbuhan rata-rata pasar ritel kopi di Indonesia diprediksi meningkat sekitar 11,4 persen antara 2017 hingga 2021. Kondisi tersebut membuat Indonesia dinobatkan sebagai negara yang pertumbuhan pasar ritel kopi tertinggi di dunia.