Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Arloji atau jam tangan, aksesoris fashion sepanjang masa, ternyata sering digunakan di tangan kiri. Mengapa begitu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara tradisional, orang biasanya memakai arloji di tangan kiri. Ada banyak alasan mengapa arloji digunakan di tangan kiri. Salah satu alasan di balik tradisi ini ternyata berakar pada sejarah arloji itu sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari laman Prime Ambassador, Minggu, 19 Januari 2020, sejarah arloji dimulai pada awal abad ke-20. Pada saat itu, arloji saku adalah gold standard bagi pria modern. Sedangkan jam tangan sebenarnya adalah aksesoris eksklusif untuk wanita.
Arloji saku sangat praktis pada masanya, terutama dalam militer dan industri kereta api. Meski begitu, ukurannya sangat besar dibandingkan jam tangan modern.
Ini menyebabkan mereka harus diletakkan dalam kantong kulit yang biasanya diikatkan ke pergelangan tangan seseorang. Kantong kulit bisa memberikan stabilitas dan perlindungan pada arloji saku.
Untuk lebih melindungi arloji, pengguna menggunakannya di tangan yang tidak dominan. Kebiasaan ini pun berlanjut hingga kini.
Selain karena sejarahnya, menggunakan arloji di tangan kiri dipandang sebagai bentuk pengamanan. Secara alami, tangan dominan akan lebih banyak bergerak.
Sehingga bila arloji digunakan di tangan ini, maka akan lebih banyak gerakan dan guncangan. Belum lagi bila tidak sengaja menabrak sesuatu, rusaklah sudah jam tangan Anda.
Artinya, memakai arloji di tangan yang dominan akan memperpendek masa pakai dan menghabiskan lebih banyak perawatan. Mengingat kebanyakan orang dominan tangan kanan atau tidak kidal, pergelangan tangan kiri pun sering dijadikan tempat berlabuh bagi arloji.
AMELIA RAHIMA SARI