Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Jadi Alternatif, Rokok Elektrik Tak Sepenuhnya Aman

Banyak perokok memilih rokok elektrik atau vape untuk altertatif berhenti dari kebiasaan merokok. Adakah risikonya?

9 April 2019 | 15.20 WIB

Ilustrasi rokok elektrik. Christopher Furlong/Getty Images
Perbesar
Ilustrasi rokok elektrik. Christopher Furlong/Getty Images

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak penelitian yang membuktikan bahaya merokok. Kandungan tar pada rokok konvensional dapat menyebabkan berbagai penyakit. Meski tahu bahayanya, para perokok sulit berhenti dari kebiasaan tersebut. Mereka akhirnya banyak yang memilih rokok elektrik atau vape sebagai alternatif rokok konvensional. Apakah rokok jenis ini aman dikonsumsi?

BacaBukan Hanya Serangan Jantung, Ini Risiko Lain dari Rokok Elektrik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Menurut peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) dan Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR), Amaliya, rokok elektronik dinilai lebih aman karena tidak mengandung tar. “Hasil pembakaran rokok mengandung tar dan nikotin, dan yang paling berbahaya adalah kandungan tarnya. Sementara pada rokok elektronik tidak ada pembakaran, hanya ada uap yang tidak mengandung tar,” kata dia. 

Namun, jangan kira rokok elektrik bebas bahaya. Amaliya mengungkapkan, beberapa negara telah melakukan penelitian yang membandingkan antara bahaya rokok konvensional dengan rokok elektrik. Penelitian tersebut mengungkapkan bahaya pada rokok elektrik terhadap risiko kematian sel-sel tubuh memang telah berkurang sebanyak 95 persen. Tapi bukan berarti rokok elektrik aman. 

“Rokok elektrik tidak berbahaya sama sekali itu salah, tetap ada bahayanya sebesar 5 persen,” kata dia dalam acara Peluncuran Gerakan Bebas TAR dan Asap Rokok (GEBRAK!) di Jakarta, 9 April 2019.

Ia juga mengungkapkan, rokok elektrik tetap mengandung nikotin dalam kadar yang beragam sampai tidak ada sama sekali. Tapi, kebanyakan orang yang pernah merokok konvensional akan memilih vape yang mengandung nikotin karena sudah terlanjur kecanduan zat itu dari rokok konvensional.

“Tapi ini bisa dikurangi sedikit demi sedikit sehingga bahayanya juga berkurang,” kata dia.

Di tempat yang sama, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI) Mariatul Fadilah mengatakan bahwa melepas kecanduan dari nikotin memang tidak mudah.

“Nikotin bisa menempel pada susunan saraf pusat dan menyebabkan adiksi. Ini sulit distop. Kecanduan nikotin adalah kecanduan paling lama dibandingkan dengan yang lain selain heroin,” kata dia.

Baca: Asap Rokok Elektrik Sama Bahayanya bagi Anak-anak

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini





 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus