Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Kepala Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan, Dinas Perkebunan Jawa Barat, Susilawati mengatakan, ada tiga jenis tanaman kopi yang diduga sebagai tanaman kopi yang selamat dari serangan penyakit yang sempat membuat perkebunan kopi Jawa Barat hampir punah pada 1922. “Tahun 2016 kita akan uji DNA untuk menentukan varietasnya,” kata dia di Bandung, Jumat, 20 November 2015.
Susilawati mengatakan, lembaganya mencari tanaman kopi asli peninggalan zaman Belanda, yang disebut kopi itu di daerah-daerah yang dulu dikenal sebagai perkebunan kopi. Pencarian itu dilakukan di Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Sumedang, serta Garut. “Ditemukan tiga tanaman unggulan,” kata dia.
Tiga tanaman kopi jenis arabika yang jumlahnya masing-masing kurang dari 20 puluh pohon itu ditemukan di Sumedang dan Garut. Susilawati mengatakan, lembaganya sudah melakukan uji cita rasa terhadap tiga tanaman itu dan hasilnya unggul. “Nilainya 85, excelent. Satu punya cita rasa karamel, ada yang bunga, serta ada yang bercita rasa kacang-kacangan,” kata dia.
Susilawati mengatakan, selain punya cita rasa yang khas, tanaman kopi yang diduga kopi buhun itu juga tidak terpengaruh oleh kemarau panjang yang belum lama berlangsung. “Yang di Sumedang misalnya, waktu kemarau masih tumbuh baik, daunnya hijau. Sepertinya tidak terpengaruh kemarau,” kata dia.
Menurut Susilawati, tiga contoh tanaman itu saat ini tengah ditanam di lahan kebun milik lembaganya untuk mendapatkan benihnya. “Kita melakukan uji kemurnian dulu supaya tidak tercampur dengan tanaman kopi lain,” kata dia.
Susilawati mengatakan, uji DNA itu yang akan menetukan jenis varietas tiga tanaman kopi tersebut. Jika memang varietas baru, akan diberi nama sebelum dilepas resmi untuk ditanam masal di Jawa Barat. “Aturan mainya itu harus dimurnikan dulu sebelum diberi nama dan dilepas, boleh disebarkan. Sekarang masih kita uji,” kata dia.
Kepala Dinas Perkebunan Jawa Barat Arief Santosa mengatakan, saat ini ada tanaman kopi yang berasal dari 11 gunung di Jawa Barat yang tengah didaftarkan untuk mendapat pengakuan Indikasi Geografis sebagai Cofee Java Preanger oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Diantaranya asal Gunung Manglayang, Tangkubanparahu, serta Cikuray. “Khususnya yang masuk kategori Special Tea Coffee,” kata dia, Jumat, 20 November 2015.
Menurut Arief, Dirjen HKI sudah menerbitkan Indikasi Geografis Java Preanger Cofee sejak 2013 lalu. Saat ini prosesnya masih berlangsung. “Kemarin baru selesai di re-assessment, di cek lagi. Belum ada pengumuman, tapi kemungkinan lolos,” kata dia. Pendaftaran IG itu dilakukan oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis yang anggotanya petani dan praktisi kopi.
Arief mengatakan, mayoritas produksi kopi asal Jawa Barat justru di ekspor. Hanya 25 persennya yang dikonsumsi dalam negeri karena harganya yang relatif mahal. “Negara tujuannya banyak, mulai dari Afrika bagian utara sampai Maroko, Eropa, Timur Tengah, Asia Timur, sampai Amerika,” kata dia.
Menurut Arief, pengakuan Indikasi Geografis itu dibutuhkan untuk melindungi kopi produksi Jawa Barat. “Indikasi Geografis berbeda dengan merek. Kalau merek bisa apa saja, kalau Indikasi Geografis dengan kriteria tertentu orang tidak bisa memanipulasi kalau itu kopi Java Preanger,” kata dia.
Arief mengatakan, Dinasnya saat ini terus menggenjot produksi kopi di Jawa Barat. Salah satunya dengan pemberian benih gratis. Tahun lalu ada 1 juta benih kopi dibagikan, dan tahun ini ditambah targetnya menjadi 2 juta benih kopi.
Pemerintah Jawa Bata masih mencari varietas baru kopi yang akan menjadi kopi unggulan khas Jawa Barat. Arief mengatakan, ada dua lokasi yang diduga masih ada kopi buhun itu, kopi yang tumuh sejak jaman Belanda. “Ada dua tempat, di Garut dan di Sumedang,” kata Arief.
AHMAD FIKRI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini