Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dialisis alias cuci darah adalah prosedur medis yang digunakan untuk mengobati gagal ginjal, membantu membersihkan darah dari limbah dan cairan berlebih ketika ginjal tidak lagi berfungsi dengan baik.
Terdapat dua jenis utama dialisis yang sering digunakan dalam perawatan gagal ginjal, yaitu hemodialisis atau sering disebut hemodialisa dan dialisis peritoneal. Selain itu, terdapat juga terapi penggantian ginjal berkelanjutan untuk pasien dalam kondisi kritis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Web MD, berikut jenis-jenis cuci darah:
1. Hemodialisis
Hemodialisis adalah prosedur di mana darah dialirkan melalui penyaring di luar tubuh untuk dibersihkan, kemudian dikembalikan ke tubuh. Prosedur ini dapat dilakukan di fasilitas dialisis atau di rumah. Hemodialisis memiliki beberapa potensi risiko, termasuk infeksi, aliran darah yang buruk, penyumbatan akibat jaringan parut, bekuan darah, anemia, dan serangan jantung mendadak.
2. Dialisis Peritoneal
Pada dialisis peritoneal, darah dibersihkan di dalam tubuh. Cairan khusus dimasukkan ke dalam perut untuk menyerap limbah dari darah yang melewati pembuluh kecil di rongga perut. Cairan ini kemudian dikeluarkan dari tubuh. Prosedur ini biasanya dilakukan di rumah dan memiliki risiko potensial seperti infeksi kulit di sekitar kateter dan peritonitis, infeksi yang terjadi saat bakteri masuk ke perut melalui kateter. Prosedur ini juga dapat melemahkan otot perut dan menyebabkan hernia serta penambahan berat badan.
3. Terapi Penggantian Ginjal Berkelanjutan
Terapi penggantian ginjal berkelanjutan adalah prosedur yang dilakukan sebagai tindakan penyelamatan nyawa bagi pasien yang tidak stabil di ICU. Terapi ini dilakukan 24 jam sehari untuk membersihkan produk limbah dan cairan secara perlahan dan terus-menerus, sehingga lebih toleran bagi pasien yang tidak bisa menjalani dialisis rutin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Medical News Today, dialisis membantu pasien yang ginjalnya telah gagal, tetapi tidak seefisien ginjal normal. Pasien yang menjalani dialisis perlu berhati-hati tentang apa dan berapa banyak yang mereka makan dan minum, serta harus mengonsumsi obat-obatan tertentu. Banyak pasien dialisis yang tetap bisa bekerja, menjalani kehidupan normal, dan bepergian, asalkan mereka bisa mendapatkan perawatan dialisis di tempat tujuan.
Seseorang yang melakukan cuci darah disebabkan oleh kondisi gagal ginjal kronis, kondisi ini berkembang secara bertahap, dan gejalanya tidak segera muncul. Ketika gejala muncul, biasanya berbeda-beda pada setiap individu, sehingga membuat diagnosis cepat sulit dilakukan. Gejala umum gagal ginjal meliputi:
- Kelelahan
- Frekuensi buang air kecil yang meningkat, terutama di malam hari
- Kulit gatal
- Disfungsi ereksi pada pria
- Mual
- Sesak napas
- Retensi air yang menyebabkan pembengkakan pada kaki, tangan, dan pergelangan kaki
- Darah atau protein dalam urin
- Cedera mendadak juga dapat menyebabkan gagal ginjal akut, dengan gejala yang muncul dan berkembang lebih cepat.
Pasien yang bergantung pada dialisis ginjal dapat mengalami berbagai efek samping, termasuk:
- Kram otot
- Kulit gatal, sering kali lebih parah sebelum atau setelah prosedur
- Tekanan darah rendah, terutama pada penderita diabetes
- Masalah tidur, seperti kaki gelisah atau apnea
- Kelebihan cairan, sehingga harus mengonsumsi cairan dalam jumlah tertentu setiap hari
- Infeksi atau pembengkakan di lokasi akses untuk dialisis
- Depresi dan fluktuasi suasana hati
Pilihan editor: Mengenal Pengobatan Cuci Darah yang Banyak Dilakukan Puluhan Anak-anak