Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Kapal selam untuk sterilisasi

Perkumpulan untuk sterilisasi sukarela indonesia (pussi) disarankan untuk ganti nama sehubungan dengan instruksi menkes suwardjono yang menetapkan bahwa sterilisasi tidak digunakan dalam masalah kb.(ksh)

10 Januari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PUSSI (Perkumpulan Untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia) yang berdiri 16 Februari 1974 mulai April mendatang akan ganti nama. Nama baru itu masih dicari-cari. Mungkin akan menjadi Perkumpulan Untuk Metode Mantap KB. Atau barangkali menjadi Perkumpulan Kontrasepsi Bedah. Tapi pokoknya kata-kata sterilisasi harus disingkirkan. Sterilisasi yang pernah menjatuhkan PM India Indira Gandhi itu rupanya sudah dianggap seperti hama di kalangan yang berhubungan dengan keluarga berencana. Terutama setelah keluarnya Instruksi Menteri Kesehatan/Kepala BKKBN 11 Agustus 1980. Instruksi yang ditujukan kepada pelaksana KB tersebut menetapkan "sterilisasi tidak boleh digunakan dalam kaitannya dengan program nasional KB." Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional memang tidak memasukkan metode sterilisasi (vasektomi dan tubektomi) dalam berbagai cara untuk ber-KK. Penegasan dr Suwardjono Surjaningrat itu nampaknya untuk menjawab surat Menteri Agama yang ditujukan kepadanya tertanggal 1 Desember 1979. Surat itu berisi saran H. Alamsjah Ratu Perwiranegara agar sterilisasi yang "tidak sesuai dengan ajaran agama" dihindarkan. Menteri Agama mengingatkan, operasi sterilisasi yang dilaksanakan di Rumah Sakit Bukit tinggi dan RS Padang telah menimbulkan reaksi keras dari Majelis Ulama Sumatera Barat. Namun instruksi Menkes itu tidak melarang sterilisasi jika dilaksanakan berdasarkan indikasi medis, misalnya untuk mencegah pcnjalaran infeksi kelenjar prostat. Juga tetap diperkenankan untuk mereka yangmau menghindari kehamilan. Asal dengan sukarela. Kata-kata sterilisasi sendiri sempat menjadi bahan pembicaraan antara Menkes dr Suwardjono Surjaningrat dengan pimpinan PUSSI. Dicapai kata sepakat untuk mengganti nama itu. Karena, menurut Suwardjono, sterilisasi bisa memberikan arah yang salah, seakan-akan orang dikebiri. Padahal kenyataannya tidak. Sebab mereka yang sudah disterilisasi masih punya kemungkinan menjadi subur kembali. Kalau rekanalisasi saluran sperma yang ditutup bisa dilakukan dengan baik, 70% laki-laki yang divasektomi masih bisa mendapatkan keturunan. Tubektomi pada wanita kemungkinannya sekitar 50%. Di Lumbung Selain penggantian nama itu Menteri Kesehatan juga meminta supaya PUSSI tidak melansir berita-berita yang bisa menyinggung perasaan kalangan yang tidak setuju dengan sterilisasi. "Itu berarti PUSSI tidak boleh kasih berita kepada wartawan," kata sebuah sumber di Depkes. Kegiatan-kegiatan PUSSI juga dipersempit. Hanya dibatasi pada bidang penelitian yang dilaksanakan bekerjasama dengan universitas, lembaga penelitian dan rumah sakit-rumah sakit yang ditunjuk Depkes. Dengan begitu kegiatan yang langsung berhubungan dengan konsumen juga terhenti. Penerangan sekitar vasektomi dan tubektomi yang disebarkan organisasi itu lewat rumah sakit-rumah sakit dan klinik bersalin termasuk yang dilarang. Semuanya itu sesuai benar dengan usul Menteri Agama dalam suratnya yang ditujukan kepada Menteri Kesehatan tempo hari. Sedangkan program latihan sterilisasi bagi dokter dan para medis di berbagai provinsi boleh diteruskan. "Kami akan berjalan seperti kapal selam, selalu berada di bawah permukaan sampai Pemilu tahun 1982 nanti," kata dr Guno Samekto kepada koresponden TEMPO Mohamad Cholid. Pimpinan proyek vasektomi dengan indikasi KB di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta menyebutkan bahwa proyek yang dipimpinnya tidak terhalang dengan Instruksi Menkes. Hanya terminologinya berubah menjadi "metode mantap vasektomi tubektomi". Instruksi itu nampaknya tak berpengaruh terhadap pelaksanaan vasektomi dan tubektomi. "Peminat malah bertambah, meski tak banyak," urai Guno Samekto. Akseptor sterilisasi memang bertambah terus di rumah sakit yang dibawahi Dewan Gereja-Gereja di Indonesia itu. Naik & Mantap Pencarian akseptor cukup gencar. Termasuk pengiriman Tim Mobil Tubektomi ke desa-desa. Tim yang dipimpin seorang dokter itu melaksanakan operasi sterilisasi di tempat-tempat yang sederhana, umpamanya di lumbung, sekedar untuk mengistirahatkan akseptor yang baru menjalani operasi. Kalau terjadi komplikasi? "Kami atasi di rumahsakit dan gratis. Bahkan kami jemput," kata Guno Samekto. Grafik penggemar vasektomi-tubektomi naik dengan mantap. Ketika baru berdiri antara 1974-75 akseptor baru berjumlah 9.683. Angka ini membesar terus sekitar 50% tiap tahun. Sekarang seluruh peserta berjumlah sekitar 200 ribu. Peserta tubektomi lebih banyak sekitar 5 kali lipat dari vasektomi. Di daerah tertentu metode ini begitu digemari sehingga kalaupun ditagih bayaran Rp 2.000, akseptor tak ragu-ragu membayar. Ini terbaca dari hasil penelitian yang dilaksanakan Lembaga Kependudukan Universitas Gajah Mada bekerjasama dengan RS Bethesda di Yogyakarta pada pertengahan 1975. Dari penelitian ini pula diketahui "80% responden berpendapat bahwa vasektomi sebaiknya dijadikan program pemerintah." Hanya 1% yang menentang. Angka ini menunjukkan tumbuhnya kesadaran pihak suami untuk ambil bagian aktif dalam merencanakan keluarga. "Lha, bagaimana lagi. Daripada istri saya repot minum pil terus-menerus, padahal harus mengurus saya dan anak-anak, lebih baik saya ngalah. Toh demi kesenangan bersama," kata Sukirman akseptor vasektomi dari Sleman, Yogyakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus