Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Kemampuan Nonteknis Siswa Indonesia Lemah, Ini Dampaknya

Ternyata, sebagian besar siswa Indonesia lemah dalam kemampuan nonteknis atau soft skill, seperti presentasi maupun manajemen waktu.

20 Januari 2020 | 11.30 WIB

Ilustrasi mahasiswi/pelajar. Shutterstock
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ilustrasi mahasiswi/pelajar. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak siswa cerdas asal Indonesia. Sayangnya, ada kelamahan di balik segala kelebihan teknis itu. Direktur UniSadhuGuna, Reza Suriansha, mengatakan sebagian besar siswa Indonesia lemah dalam kemampuan nonteknis atau soft skill, seperti presentasi maupun manajemen waktu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Sebagian besar siswa Indonesia lemah dalam kemampuan nonteknis seperti presentasi. Ide bagus sekalipun akan percuma jika tidak bisa mempresentasikannya," ujar Reza.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia menambahkan kelemahan akan kemampuan nonteknis tersebut membuat siswa kesulitan untuk berkompetisi. Misalnya, untuk perekrutan tenaga kerja, di mana secara kemampuan teknis mumpuni tapi kemampuan nonteknis kurang sehingga tidak jadi direkrut.

Lemahnya kemampuan nonteknis itu pula, yang membuat siswa Indonesia yang melanjutkan pendidikan ke luar negeri mengalami hambatan pada tahun-tahun awal kuliah. Untuk itu, dia berharap kemampuan nonteknis tersebut dapat diajarkan di sekolah yang ada di Tanah Air.

Presiden Direktur dari Lembaga Pendidikan UniSadhuGuna, Adhirama Gumay, mengatakan saat ini total populasi sekitar 260 juta jiwa. Indonesia merupakan negara keempat di dunia dengan pertumbuhan populasi terbesar pada kelompok usia 12-18 tahun.

"Usia ini merupakan usia yang membutuhkan fondasi pendidikan yang mumpuni untuk mendapatkan kesempatan belajar di universitas di dalam atau luar negeri," kata Adhirama.

Adhirama menambahkan lembaga pendidikan memiliki tantangan untuk membekali siswa kemampuan nonteknis, seperti keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kepemimpinan, kolaborasi, kemampuan beradaptasi, produktivitas dan akuntabilitas, serta inovasi.

Untuk membantu siswa yang ingin melanjutkan ke luar negeri, pihaknya memberikan solusi kepada orang tua dan siswa, mulai dari persiapan dini yang mencakup bahasa, keterampilan hingga pembekalan akademik yang mana siswa mendapatkan fondasi yang matang, apabila melanjutkan tingkat kesarjanaan.

"Hal ini akan efektif apabila pembekalan sudah dimulai dari jenjang SMP," kata Adhirama.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus