Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Kerap Lakukan Ghosting Dalam Hubungan, Ini Saran Psikolog

Pelaku ghosting dapat menjalin hubungan yang lebih sehat dengan berpikir ulang sebelum melakukan tindakannya.

17 Juli 2021 | 12.15 WIB

Kata "ghost" baru lekat dengan hubungan romantis dua insan setelah dirilisnya film "Ghost" yang dibintangi Demi Moore dan Patrick Swayze pada 1990. Kini istilah "ghosting" merujuk pada tindakan seseorang yang menghilang tanpa kabar dalam hubungan asmara. (Foto: Paramount Pictures)
Perbesar
Kata "ghost" baru lekat dengan hubungan romantis dua insan setelah dirilisnya film "Ghost" yang dibintangi Demi Moore dan Patrick Swayze pada 1990. Kini istilah "ghosting" merujuk pada tindakan seseorang yang menghilang tanpa kabar dalam hubungan asmara. (Foto: Paramount Pictures)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ghosting tergolong sebagai perilaku yang kurang mengenakan. Meski demikian, ghosting adalah cara umum bagi sebagian individu untuk menjauh dari orang lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seseorang kadang hilang tiba-tiba dalam suatu hubungan karena tidak bisa menemukan kalimat yang tepat untuk mengungkapkan ketidakcocokannya. Perasaan khawatir akan berbagai macam pandangan jika pada akhirnya benar-benar mengungkapkan perasaan tersebut.

 

Ghosting menjadi pilihan yang masuk akal untuk menghindari konflik maupun percakapan yang canggung. Tapi perlu diingat bahwa ghosting bukanlah cara yang tepat untuk mengkomunikasikan niat yang sesungguhnya.

 

Pelaku ghosting bisa merasa bersalah serta menginginkan hubungan yang lebih sehat dan dewasa seiring dengan berjalannya waktu. Jika pernah menjadi pelaku ghosting, ada hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki diri.

 

Untuk menjalin ataupun mengakhiri hubungan dengan lebih sehat, psikolog Susan Albers-Bowling dari Cleveland Clinic menyarankan untuk menanyakan beberapa pertanyaan kepada diri sendiri. “Tempatkan diri pada posisi korban. Tanyakan pada diri sendiri apa yang kita hindari dengan melakukan perilaku ghosting? Apa risiko yang ditanggung jika mengucapkan salam perpisahan? Apa yang ditakutkan?" katanya seperti dikutip dari laman Cleveland Clinic, Jumat, 16 Juli 2021.

 

Albers berujar kita bisa membiasakan diri untuk berpikir dua kali sebelum melakukan tindakan ghosting. Terlebih lagi jika tindakan tersebut menyangkut persoalan pekerjaan.

 

Menurut Albers, hanya karena ghosting dapat dilihat sebagai cara normal untuk mengakhiri hubungan percintaan, bukan berarti ghosting juga sah-sah saja dilakukan untuk  mengakhiri sesuatu di dunia profesional.

 

"Meskipun ghosting adalah hal yang biasa terjadi dalam dunia percintaan, dalam dunia pekerjaan itu benar-benar bisa merusak karier masa depan,”ucapnya.

 

SITI NUR RAHMAWATI

 

Baca juga:

 

 


close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus