Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gading Marten mengaku memiliki koleksi sepatu sneakers berjumlah kurang lebih 300 pasang. Jika harganya diakumulasi, ia menduga jumlahnya bisa dibelikan motor Harley Davidson atau mobil tertentu. Sebab, satu sepatu saja harganya bisa mencapai angka 2 juta, belum lagi harga sepatu limited edition miliknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saking cintanya dengan sepatu sneakers, ia hanya memiliki tiga sepatu pantofel untuk acara formal. Dua buah sepatu ia beli untuk keperluan pernikahannya dengan penyanyi Gisella Anastasia dan satunya untuk keperluan kerja.
Baca juga:
Pemain Akrobat Udara Yann Arnaud Tewas, Simak Gerakan Ekstremnya
Waspadai Ablasi Retina, Bisa Akibatkan Kebutaan Mata
Laku Rp2,4 Miliar, Seperti Apa Formulir Lamaran Steve Jobs?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gading mengaku, ia senang mengoleksi sepatu karena terkesan dengan sepatu-sepatu Nike tipe Air Jordan. Ia mulai mengoleksi sepatu sneakers mulai tahun 2008, tetapi ia sudah mulai menyukai sepatu tersebut sejak zaman SMP dan SMA. “Dari zaman SMA udah suka. SMP ngeliatin orang-orang pakai Jordan tapi saya belum bisa beli. Saya liat anak-anak orang kaya (yang pakai sepatu Nike Jordan), gila tuh sepatu,” ujarnya saat ditemui dalam acara pembukaan toko premium streetwear Hide di Plaza Senayan pada 8 Maret 2018.Gading Marten saat hadir dalam acara pembukaan toko premium streetwear HIDE di Plaza Senayan pada 8 Maret 2018 (Foto: istimewa)
Ia mengaku, kehadiran pencinta sneakers serta toko-toko retail seperti Hide membantunya dalam mengoleksi sepatu-sepatu sneakers langka yang tidak bisa didapatkan dengan mudah. Dari 300 koleksinya, salah satu sepatu yang paling berkesan adalah Nike x Pharrel Williams miliknya. “Sepatu saya ditanda tangan langsung sama dia (Pharrell Williams) waktu nonton N.E.R.D,” kata Gading dengan semangat.
Soal koleksinya yang paling mahal, ia mengaku pernah membeli sepatu Nike Air Yeezy Platinum dengan harga sekitar 40 juta rupiah. Gading mengatakan, ia lebih baik menyesal karena membayar mahal untuk sepatu ketimbang menyesal karena tidak memilikinya. “Nyesel, tapi lebih nyesel daripada nggak beli,” ujarnya yang kemudian disusul dengan tawa.
Untuk menjaga kebersihan dan keawetan koleksi sepatunya, Gading menaruh seluruh koleksinya dalam satu ruangan khusus di rumahnya yang dilengkapi pendingin ruangan. Ia juga mengajarkan asisten-asisten rumah tangganya cara untuk merawat sepatu-sepatunya.
Mengoleksi suatu barang memang merupakan hal yang wajar. Namun, bila koleksinya sudah mencapai ratusan dan harganya dilansir mencapai ratusan juta, apakah itu masih terbilang wajar?
Menurut asisten profesor psikologi medis (psikiatri) dari Columbia Psychoanalytic Institute for Training and Research Susan Scheftel, orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, diketahui memiliki shoes fetish atau kegemaran mendalam pada sepatu karena adanya atraksi seksual dengan bentuk sepatu yang digemarinya. “Meskipun sepatu diciptakan untuk berjalan, sepatu juga bisa dijadikan bukti eksistensi identitas seseorang,” tulis Susan Scheftel pada laman Psychology Today. Jadi, bisa dikatakan bahwa kegemaran Gading terhadap sepatu sneakers adalah suatu hal yang wajar.
PSYCHOLOGY TODAY | MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA