Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mungkinkah depresi berat yang dialami korban perkosaan bisa mengakibatkan bunuh diri? Spesialis Kedokteran Jiwa dari Omni Hospital Alam Sutera Tanggerang Dr Andri, menyebutkan bahwa depresi tidak membuat mati selain korbannya bunuh diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya bukan dokter yang menanganinya, tapi saya yakin ada sesuatu hal, mungkin perdarahan yang tidak diketahui sehingga korban semakin lama semakin drop, sehingga kurang darah dan kurang gizi karena yang bersangkutan juga katanya tidak makan," katanya. Disebutkan juga bahwa kurang darah bisa juga bisa mengakibatkan oksigenasinya kurang sehingga mengalami kematian.
Baca juga:
Obat Baru Kanker Payudara, Proses Pengobatannya Hanya 5 Menit
Ini Dia 7 Jurus Sukses ala Rumah yang Bisa Mendongkrak Karir
Cacing Ancam 25 Persen Penduduk Dunia, Obat Kunyah Solusinya?
Di luar itu semua, Andri juga menyebutkan bahwa kasus perkosaan itu dampaknya bisa luar biasa pada korban. "Bahkan kasus pelecehan seksual saja yang terjadi di tempat umum seperti di kereta api, dampaknya bisa sampai bertahun-tahun kemudian," kata sosok yang aktif bersosmed dengan akun @mbahndi ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sayangnya, lanjut Andri yang dihubungi TEMPO.CO, Jumat 13 Juli 2018 ini, kasus pelecehan biasanya banyak yang mengabaikannya. Andri juga bercerita kasus seorang penyanyi dangdut yang menyatakan mengalami pelecehan seksual secara verbal, kemudian mempublikasikannya di media sosial, malah mendapat tanggapan yang tak seharusnya. "Dia malah dianggap mencari sensasi," katanya dengan nada kesal.
Karena pada faktanya korban pelecehan seksual itu kebanyakan diam karena malu. Padahal, seharusnya mereka mendapat pendampingan, bukannya malah dituduh macam-macam, lanjutnya. Saat pemeriksaan, lanjutnya, korban pun harusnya didampingi psikolog dan tidak ditanya secara detail dan berulang-ulang. Sayangnya, belum banyak petugas yang mengerti bahwa korban pelecehan tidak sama dengan korban lainnya.
Di Crisis Center, penanganan pada korban biasanya lebih simpatik. "Seperti saat saya jadi resident dulu di RSCM, di crisis center, korban selalu didampingi psikolog saat dilakukan pemeriksaan, kemudia difollow up untuk menghindari bunuh diri dan agar korban selalu didampingi orang terdekat atau orang tuanya," katanya panjang lebar.
Andri juga wanti-wanti agar korban perkosaan perempuan, sebaiknya berkonsultasi juga dengan dokter kandungan. "Ini untuk mencegah terjadinya kehamilan akibat perkosaan tersebut. Dokter ginekologi punya cara bagaimana sperma itu tidak mengalami proses pembuahan. Karena jika hamil, efeknya akan lebih berat pada psikologi korban," katanya.
Menutup pembicaraan, Andri menyebut selain mendampingi korban perkosaan atau pun pelecehan seksual dengan penegak hukum yang simpatik, dokter kandungan dan psikolog, lingkungan juga harus mendukung. "Seperti media, jangan pernah menulis nama korban dan alamatnya dalam pemberitaan. Karena identitas itu akan membuat korban semakin terpuruk dan semakin tak mau melakukan proses hukum, sementara pelaku malah jadi bisa bebas berkeliaran, karena merasa aman," katanya .