Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Media sosial menawarkan banyak cara baru untuk mengembangkan bisnis kuliner. Begitu pula dengan cara promosi bisnis ini. "Sekarang, orang sebelum makan pasti memfotonya dulu," kata Fexellarado Ruby yang aktif sebagai food blogger di Jakarta, Jumat, 7 Agustus 2015.
Menurut Ruby, dampak perkembangan digital lebih banyak terjadi di level bisnis ketimbang urusan mengolah makanannya. Akibatnya pemanfaatan media sosial seperti Instagram jadi sangat digemari. "Pemasaran di bisnis makanan jauh lebih baik dari sebelumnya."
Hal senada diungkapkan Steven Kim, pendiri situs direktori kuliner Qraved. Tempat makan yang masih menggunakan promosi standar menurutnya tidak akan lama bertahan. "Banyak tempat makan yang tidak tahu cara menjual makanan mereka lewat media sosial."
Pria kelahiran Korea Selatan ini menilai tempat-tempat makan tersebut tidak memanfaatkan perkembangan digital dengan baik hingga akhirnya bangkrut. "Padahal untuk membuka sebuah restoran, perlu biaya yang sangat tidak sedikit," ujar Kim.
Lewat Qraved, Kim berniat membantu menjembatani penikmat kuliner dengan menu-menu istimewa yang dimiliki tempat makan, mulai dari restoran hingga pedagang kaki lima. Alhasil konsumen dan tempat makan akan saling terhubung lewat situs ini.
BINTORO AGUNG S.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini