Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mencicip Kopi Lilangan, Si Hitam Khas Belitung Timur yang Sedap

Belitung Timur terkenal dengan Tugu 1001 kopi, namun kebanyakan kopi di daerah itu berasal dari luar Belitung Timur.

28 Februari 2023 | 12.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Batam - Kopi Lilangan 'Bunda Hara' khas Belitung Timur unjuk gigi dalam acara Indonesia Tourism & Trade Invesment Expo (ITTE) Prioritas Batam yang berlangsung di Mega Mall, Batam Center. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ini menjadi alternatif warga Belitung Timur yang umumnya bekerja sebagai penambang timah dan pekebun sawit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kopi Lilingan Bunda Hara dipajang di stand ITTE di Batam selama acara berlangsung dari 23-26 Februari 2023. Kopi ini persembahan stand bazar dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Belitung Timur. "Ini kopi khas Belitung," ujar Sobana Owner Kopi Lilangan Bunda Hara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pria yang akrab disapa Bana ini mengatakan kopi Lilangan merupakan usaha kreatif masyarakat Belitung Timur. Ia mengolah dari awal biji kopi hinggaa menjadi bubuk dalam kemasan yang siap dijual.

"Lilangan ini berasal dari nama desa di Belitung Timur," kata Bana. 

Kopi tersebut sudah terkenal hampir di seluruh daerah. Bana memiliki pelanggan tetap di berbagai daerah, baik Jakarta, Surabaya dan lainnya.

Bana mengirimkan kopi setiap bulan kepada pelanggan menggunakan ekspedisi. "Di Batam juga ada yang pesan, tetapi ongkos kirim mahal, satu kilo bubuk kopi ongkirnya (ongkos kirim) sampai Rp 50 ribu, sedangkan harganya jauh di bawah itu, kasihan kita kepada konsumen," kata dia. 

Usaha ini sudah digeluti Bana sejak 2017. Satu bungkus Kopi Lilangan dengan berat 150 gram dibanderol dengan harga Rp 35 ribu rupiah.

"Pernah beberapa waktu lalu kafe di Belitung Timur pesan 40 kilogram setiap bulan, kita belum sangup produksi segitu karena bahan mentah biji kopi ini masih terbatas dari petani," kata Bana.

Bana Owner Kopi Lilangan saat meracik kopi khas Belitung Timur. TEMPO/ Yogi Eka Sahputra

Di Belitung Timur, Bana didukung penuh oleh Disiparbud Belitung Timur yang mulai mengadakan event hingga proses pembuatan. "Kopi ini bisa disesuaikan, kalau bagi yang tidak kuat minum kopi pahit, kita akan atur kadarnya sesuai permintaan konsumen," kata Bana.

Selain menerima pesanan dalam bentuk ekspedisi, Bana memiliki galeri di Belitung Timur. Kedai juga sering menjadi spot kunjungan wisatawan ketika berkunjung ke Belitung Timur.

Tempo mendapatkan kesempatan mencicipi Kopi Lilangan yang dibuat langsung oleh Bana. Aroma kopi ini langsung menyengat rongga hidung ketika Bana meracik kopi tersebut. Kopi Lilangan tidak kalah enak dibandingkan kopi-kopi khas daerah lainnya. 

Belitung Timur kekurangan petani kopi

Proses produksi kopi ini dilakukan Bana mulai dari pembelian biji kopi ke petani, kemudian proses pengeringan, pengilingan hingga jadi bubuk. Tetapi ketika pesanan banyak, Bana kekurangan biji mentah. Sebab, tidak banyak warga Belitung Timur yang mencoba menanam kopi tersebut. 

Jika banyak masyarakat Belitung Timur yang menanam Kopi Lilangan, hal itu sangat menjanjikan karena pasarnya cukup besar. "Semoga makin banyak yang menanam (Kopi Lilangan), karena kita kekurangan bahan baku," kata Bana. 

Apalagi Belitung Timur terkenal dengan Tugu 1001 kopi, namun kebanyakan kopi di daerah itu berasal dari luar Belitung Timur. "Permintaan kopi ini banyak, pernah diminta 40 kilogram Kopi Lilingan yang sudah di roasting, karena kekurangan bahan baku, kita tidak bisa penuhi," kata dia. 

Sebenarnya Belitung Timur, menurut Bana, tidak kekurangan lahan untuk menanam kopi. Tetapi, banyak masyarakat yang tidak mengetahui potensi perkebunan Kopi Lilangan sehingga mereka lebih memilih bekerja di pertambangan timah dan kebun sawit.

"Padahal ini bisa jadi pekerjaan juga, dari pada masyarakat harus berkebun sawit atau bekerja di pertambangan timah," kata Bana. 

Jika kebun sawit hanya bertahan beberapa tahun panen, maka berdasarkan pengalaman Bana, kopi Lilangan bisa bertahan sampai 10 tahun lamanya untuk bisa dipanen. Setelah dilakukan pemanenan, kopi satu ini akan tumbuh kembali tanpa harus menanam ulang.

"Bahkan anak cucu kita bisa meneruskan, tergantung kepada perawatan," kata Bana. 

Selain menjual kopi bubuk, Bana memiliki satu hektare kebun Kopi Lilangan. Bana juga menjual madu trigona asli dari Belitung Timur, ada juga usaha kreatif lada belitong, hingga keripik. "Juga ada kerajinan kunci," kata dia.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus