Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Mengenal Asphyxia, Penyebab Meninggalnya George Floyd

Hasil otopsi independen, menyebutkan George Floyd meninggal akibat asphyxia. Apa itu?

3 Juni 2020 | 15.45 WIB

Di antara protes yang bermunculan di seluruh dunia setelah pembunuhan George Floyd, mural bergambar Floyd muncul pada sisa Tembok Berlin. Foto: Omer Messinger/Sipa/AP
Perbesar
Di antara protes yang bermunculan di seluruh dunia setelah pembunuhan George Floyd, mural bergambar Floyd muncul pada sisa Tembok Berlin. Foto: Omer Messinger/Sipa/AP

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Meninggalnya George Floyd masih menjadi perbincangan publik. Ia adalah pria kulit hitam yang sebelum menghembuskan nafas terakhirnya diperlakukan tidak manusiawi oleh petugas kepolisian Minneapolis, Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Melansir dari situs ABC News, Floyd diborgol dalam posisi tengkurap di belakang mobil di tepi jalan. Polisi kulit putih itu berlutut di lehernya selama lebih dari delapan menit. Floyd pun sempat mengeluh sulit bernafas, namun tidak dihiraukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak lama setelah kejadian, George Floyd dibawa oleh ambulan ke rumah sakit. Sayangnya, nyawa pria berusia 46 tahun itu tak tertolong. Pihak keluarga lantas melakukan otopsi independen untuk mencari tahu kebenaran kematian Floyd.

Ben Crump selaku pengacara keluarga mendapati bahwa Floyd meninggal akibat asphyxia. “George meninggal karena dia membutuhkan napas, menghirup udara,” katanya dalam konferensi pers.

Melansir dari situs Web MD, asphyxia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan pernapasan yang membuat pengiriman oksigen ke seluruh organ tubuh jadi terhambat. Pada kasus George Floyd, ia kehabisan nafas karena aliran oksigen ke otak terganggu akibat kompresi leher dan punggung.

Namun, asphyxia juga bisa muncul pada kondisi fisik lainnya. Ini termasuk tersedak, tenggelam, dan tercekik. Kejang atau epilepsi juga dipercaya dapat menyebabkan asphyxia. Sebab dalam kondisi tersebut, pernapasan akan tiba-tiba berhenti (juga disebut apnea) dan menurunkan oksigen dalam tubuh sehingga mengancam jiwa.

Adapun asphyxia bisa muncul selain akibat kondisi fisik, yakni lewat overdosis obat-obatan atau bahan kimia. Contohnya termasuk dari karbon monoksida, sianida dan hidrogen sulfida. Mereka yang menghirup atau mengkonsumsinya lewat pil dalam dosis tinggi dapat mengalami perlambatan pernapasan yang akhirnya menyebabkan kematian.

SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | ABCNEWS | WEBMD

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus