Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Nasi putih organik dibungkus daun pisang tersaji hangat. Daun kemangi, irisan tipis ikan tuna, dan cabai rawit menghias permukaan nasi. Mentimun dan tomat segar menemani. Makanan sehat itu diolah tanpa vetsin. Berasnya adalah beras jenis lokal yang diproduksi petani tanpa menggunakan pupuk kimia. Nasi bakar itu merupakan menu andalan warung yang dikelola Bernadeta Purwaningsih, 39 tahun.
Dia adalah isteri dari Tanto, pengurus Koperasi Simpan Pinjam Credit Union Tyas Manunggal di Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Koperasi ini memiliki anggota petani yang menanam benih padi lokal. Mereka menggunakan kotoran sapi dan dedaunan sebagai kompos. Petani-petani itu berhimpun dalam Kelompok Lumbung Tani Lestari. “Beras organik menjadi pilihan kuliner sehat yang semakin digemari orang,” kata Bernadeta kepada Tempo, Jumat, 16 Oktober 2015.
Warung nasi bakar organik milik Bernadeta berada di Dusun Jogodayoh, Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul. Angin semilir dan hamparan sawah mengelilingi warung itu. Bambu menjadi dinding warung yang menempati lahan seluas 800 meter persegi. Bernadeta menanam sebagian bahan untuk membuat masakan di belakang warungnya. Ada kemangi, tomat, mentimun, dan cabai rawit. Suaminya juga menebar bibit ikan nila di parit-parit sekitar tanaman kemangi.
Ide mengolah nasi bakar organik muncul sejak empat tahun lalu. Sebelum menjadi warung, Bernadeta dan Tanto mengolah nasi bakar di rumah dan dijajakan melalui gerobak. Mereka mengumpulkan modal sedikit demi sedikit untuk membuka warung tahun 2015. Hasilnya lumayan. Mereka mendapat banyak pesanan dari guru sekolah, pengelola hotel, dan dokter.
Nasi bakar organik semakin digemari. Bernadeta menuturkan mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan menyukai nasi bakar organik yang Bernadeta jual. Tahun 2014, Dahlan Iskan pernah menyuruh pegawainya untuk membeli nasi bakar organik ketika Dahlan berkunjung ke Yogyakarta. “Pegawainya cerita Pak Dahlan makan nasi bakar itu tanpa sendok atau langsung dengan tangan,” kata Bernadeta.
Pelanggan nasi bakar organik juga datang dari berbagai daerah, di antaranya Bogor, Jakarta, dan Kalimantan. Mereka adalah jaringan dari petani kelompok Lumbung Tani Lestari. Mereka membeli beras produk kelompok tani. Pembeli dari berbagai kota itu memesan nasi bakar organik, kebanyakan akhir bulan. Bisa mencapai 200 porsi.
Bernadeta meyatakan pelanggan nasi bakar di tempatnya rata-rata merupakan orang yang ingin menjalani pola konsumsi makanan sehat. Selain nasi bakar, warung itu juga menjual aneka menu, di antaranya ayam kampung goreng, pepes nila, dan mangut lele. Untuk nasi bakar organik campur tuna setiap porsi dijual dengan harga Rp 8 ribu. Dari berjualan nasi bakar organik itu, Bernadeta mendapatkan untung di atas Rp 4 juta per bulan.
Tanto, suami Bernadeta, berharap banyak orang yang semakin peduli terhadap pola hidup sehat. Selain untuk kesehatan, memakan kuliner sehat menjadi bagian dari upaya peduli terhadap kelestarian alam. Penggunaan pupuk organik, misalnya, menjaga unsur hara dalam tanah dan menghemat air.
SHINTA MAHARANI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini